Diungkapkan pula oleh Hikmahanto bahwa sikap agresif Tiongkok bisa jadi dilatarbelakangi jumlah penduduknya yang mencapai 1,4 miliar jiwa sehingga berpengaruh pada mata pencarian masyarakat sehari-hari.
“Jadi, mereka berpikir bagaimana cara mendapatkan sumber daya alam apakah itu ikan, gas bumi, dan lain sebagainya,” kata dia.
Ditambah lagi, kata Hikmahanto, saat ini negara berjuluk Tirai Bambu tersebut termasuk negara yang dari sisi militer tergolong kuat atau diperhitungkan di kancah internasional.
Ketika Tiongkok mengklaim sembilan garis putus, kata dia, menyangkut dengan kedaulatan Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Sementara itu, dengan Indonesia sendiri lebih pada hak berdaulat atau terkait dengan zona ekonomi eksklusif.
Dalam paparannya, Hikmahanto mengingatkan kembali putusan Mahkamah Internasional mengenai Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang akhirnya jatuh ke tangan Malaysia. Dari kejadian itu, Hikmahanto mengingatkan pentingnya aspek kehadiran negara. (rdr/ant)