Di sisi lain, PDI Perjuangan melalui kongres memberikan kewenangan kepada ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri untuk memutuskan Capres yang akan diusung dalam Pemilu 2024.
“Dan Ibu Mega sudah menggunakan kewenangan konstitusi beliau (selaku Ketua Umum PDIP), memutuskan Mas Ganjar sebagai Capres (dari) PDI Perjuangan,” katanya.
Menurutnya, menyatukan Gerindra dan PDIP yang ingin mengusung calon masing-masing sebagai Capres akan rumit, meskipun kemungkinan dan ruang tersebut ada.
“Karena yang tahu kepastian itu adalah Allah SWT, meskipun Gerindra bukan partai Islam, tapi (kami) percaya kepada Allah SWT. Jadi, rumit. Apalagi PDI Perjuangan sudah membangun koalisinya, kamipun sudah membangun koalisinya,” kata Anggota Komisi VI DPR RI asal Sumbar tersebut.
“Menurut saya, ide akan ada dua poros, agak rumit dan sulit dilaksanakan. Tapi, kalau (bicara) soal gagasan, memang ada dua. Mas Ganjar dan Pak Prabowo adalah poros berkelanjutan, dan Mas Anies adalah antitesanya Pak Jokowi, itu perbedaan kita. Kalau kami akan melanjutkan keberhasilan kepemimpinan Pak Jokowi, kalau Mas Anies memilih antitesanya Pak Jokowi, kalau dari poros keberlanjutan dan perubahan memang dua poros, tapi untuk maju dalam kontestasi agak sulit dari tiga menjadi dua (poros),” katanya.
Namun, Andre Rosiade sangat yakin jika Pilpres 2024 menjadi dua putaran, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo akan berhadapan (head to head).
“Di putaran kedua, kemungkinan Mas Ganjar dan Pak Prabowo yang akan maju. Itu hasil analisis berbagai lembaga survei, yang ilmiah, bisa dipertanggungjawabkan secara metodologi. Tapi saya ingin menegaskan, Partai Gerindra, Capresnya Pak Prabowo, apa mungkin Mas Ganjar mau jadi Cawapres (Prabowo Subianto)? Kalau itu mungkin bisa, namun kan Mas Ganjar diusung oleh PDIP menjadi Capres, jadi agak rumit teori itu,” tutur Ketua Harian DPP Ikatan Keluarga Minang (IKM) tersebut. (rdr)