Untuk mengembangkan sistem tersebut, BMKG membentuk KGTI. Konsorsium tersebut berisi para pakar dan peneliti gempabumi dan tsunami dari berbagai Kementerian/Lembaga terkait, Perguruan Tinggi, dan praktisi kebencanaan.
Melansir laman BMKG, KGTI dibagi dalam tiga kelompok kerja yaitu, kelompok kerja gempabumi; kelompok kerja tsunami; dan kelompok kerja evaluasi dan pengembangan/penguatan sistem monitoring, analisis, dan diseminasi gempabumi dan tsunami.
Secara umum, tugas utama KGTI adalah mendukung pengembangan InaTEWS, memberikan evaluasi, dan rekomendasi terhadap sistem operasional monitoring gempabumi dan peringatan dini tsunami di BMKG.
“Salah satu inovasi yang ditelurkan konsorsium gempabumi dan tsunami ini adalah Sistem Processing Gempabumi dan Tsunami Merah Putih,” ujar Dwikorita saat itu.
“Sistem ini akan menjadi sistem processing yang handal karya anak bangsa menggantikan sistem processing gempabumi dan tsunami yang dioperasikan saat ini,” lanjutnya.
Dwikorita menyebut sistem ini diharapkan lebih cepat dan akurat soal peringatan dini bencana. Meskipun saat ini keandalan InaTEWS sudah setara dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dioperasikan oleh negara-negara maju.
“Dengan lompatan teknologi yang akan dibangun bersama oleh Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia diharapkan akan diwujudkan informasi peringatan dini yang lebih cepat, lebih tepat, dan lebih akurat,” tutupnya. (rdr/cnnindonesia)