NIAS, RADARSUMBAR.COM – AFO bukan sekadar akronim nama Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai, melainkan terdapat makna dibalik hadirnya tagline #AFO yang sedang tren di tengah masyarakat Kabupaten Nias. Pasangan ini siap meramaikan Pilkada Nias 2024.
Afo merupakan kata dalam bahasa daerah Nias, yang artinya Sirih dalam artian Bahasa Indonesia. Lalu seperti makna #AFO dari kedua tokoh masyarakat Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai yang kini sedang bergandengan sebagai bakal pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Nias untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.
Gema AFO (sia mbowo) menjadi pusat perhatian, apalagi dengan munculnya pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Nias yang penuh semangat, Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai pada Pilkada Nias 2024 ini.
Dengan mengusung tagline #AFO, pasangan ini menghadirkan visi yang mengakar pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Nias. Yang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik tetapi juga pada pemberdayaan sosial dan pelestarian budaya.
Menggambarkan untuk membawa Kabupaten Nias, Sumatera Utara menuju masa depan (generasi emas) yang lebih cerah, sembari tetap memegang erat tradisi yang diwariskan oleh leluhur.
Saat bertandang ke rumah Alinuru Laoli di Dusun 1, Desa Lolozasai , Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, tak lupa ia menyuguhkan Sirih atau Afo yang terdapat dalam Bola Nafo (tempat/kantong sirih).
Kendati sudah era modern, ternyata penggunaan Sirih di Kepulauan Nias belum punah sejak muncul dari kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, khususnya dari wilayah India dan Sri Lanka.
Hingga kemudian tanaman Sirih atau Afo menyebar ke berbagai negara di Asia, termasuk ke Indonesia, melalui perdagangan dan migrasi lalu menjadi integral dari berbagai budaya lokal, termasuk Pulau Nias, Sumatra, Jawa, Bali, dan banyak tempat lainnya di Indonesia.
Kenapa AFO? Alinuru Laoli menjawab, kalau anak muda tak boleh melupakan tradisi nenek moyang, yang penggunaannya telah lama ada di Nias.
“Sirih itu bukan sekadar tanaman lalu kita kunyah, tapi tersirat simbol persatuan, penghormatan, dan komunikasi yang harmonis,” cakap Alinuru Laoli.
Bukan hanya itu saja, sambung Alinuru. Sirih itu punya nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat, “Kalau orang tua terdahulu mereka sangat meyakini bahwa mengunyah ‘Afo’ mampu menjaga keseimbangan antara dunia manusia dengan dunia roh leluhur,” tutur Alinuru.