Dalam kolaborasi, jelasnya, semuanya menjadi objek dan subjek. Karena kolaborasi itu sudah menyatu, dan tidak ada kata lain siapa yang lebih unggul dan agung dalam sebuah hasil dari kolaborasi.
“Semuanya berkolaborasi. Leader hingga bawahan namanya kolaborasi. Kalau gak ada tim bagaimana cara kerjanya. Leader hanya garis komando. Sama kayak tentara kalau berperang kan ada jenderalnya. Tapi apakah kemenangan seseorang itu menjadi kemenangan seseorang, tentu tidak,” katanya.
Dalam berkolaborasi, sebut Yosviandri, tidak boleh mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan orang banyak atau egois. Karena, egois bisa mempengaruhi sebuah perjalanan tim dalam berkolaborasi.
Dalam sebuah kolaborasi, orang-orang yang dilibatkan harus memiliki core values AKHLAK, karena kolaboratif juga menjadi bagian dari core value AKHLAK selain amanah, kompeten, harmonis, loyal, dan adaptif.
“Artinya, kalau orang-orang yang diajak itu tidak amanah dan kompeten, serta tidak loyal dengan tim, tentu ke depan kolaborasi tim menjadi tidak harmonis dan tidak adaptif. Jadi begitu maknanya,” ujar Yosviandri. (rdr)