“Kalau lagi musim durian atau manggis dan lain-lain, kami pun juga sering memakai jasa orang lain untuk mengangkut hasil ladang, upahnya pun bervariasi,” katanya.
Untuk jarak 1 Kilometer saja, lanjutnya, upahnya Rp25 ribu per pikul (tenaga manusia). Dan rata-rata beratnya 30 kg.
Kalau jarak lebih dari 1 km, upah pikulnya juga bertambah. Jika pengecoran jalan ini sudah selesai, warga tidak perlu lagi memakai jasa orang lain untuk membawa hasil ladang keluar.
“Karena, sepeda motor sudah bisa mengakses Bukit Nabu. Dan tentunya, jumlah yang dikeluarkan per harinya bisa lima kali lipat dari biasanya, bahkan lebih,” ujarnya.
Kepala Unit CSR Semen Padang Rinold Thamrin mengatakan, bantuan semen ini bagian dari mendukung program Pemko Padang, yaitu #PadangBerGoro.
Bagi PT Semen Padang, bantuan semen untuk pengecoran jalan ke Bukit Nabu, termasuk ke Bukit Aua, juga bagian dari program TJSL perusahaan.
“Poin penting dari bantuan ini adalah bagaimana Semen Padang merangsang pemberdayaan masyarakat. Untuk daerah-daerah seperti Bukit Nabu dan Bukit Aua itu contohnya, ketika peladang membawa hasil panen ke pasaran.”
“Itu memakan waktu yang cukup lama dan tentunya pengorbanan dari masyarakat atau peladang menjadi besar. Jika dibiarkan seperti ini, maka ekonomi masyarakat sulit berkembang,” katanya.
Makanya, lanjut Rinold, dengan memberikan akses jalan ke para peladang, tentunya ada dua hal yang menjadi kemudahan bagi para peladang nantinya.
Pertama, kecepatan dan kedua jumlah yang diangkut menjadi lebih besar, sehingga pada waktunya pendapatan masyarakat bisa meningkat berkali-kali lipat. (rdr)