Dody Iswandi Maulidiawan dari Kedutaan Indonesia di Denmark mengatakan, peluang mendirikan RDF di Sumbar, khususnya Kota Padang sangat besar.
“Hal ini terlihat dari jumlah sampah yang dihasilkan kota ini setiap harinya, yakni 500s/d 600 ton per hari, sehingga untuk mendirikan RDF di daerah ini bisa dilakukan untuk skala medium,” katanya.
Ia mengatakan, selain jumlah sampah yang banyak, offtaker atau perusahaan industri yang mau memenfaatkan ini juga penting.
Untuk ini, biasanya pabrik semen atau PLTU. Namun dari perbincangan dan melihat jarak, PT Semen Padang berkomitmen menjadi offtaker.
“Selain siap menjadi offtaker, PT Semen Padang juga telah banyak melakukan upaya-upaya dalam usaha pengurangan sampah, seperti adanya program Nabuang Sarok dan kerjasama dengan kabupaten/kota di Sumbar,” katanya.
Ia mengatakan, dari paparan yang diberikan, rencana pendirian RDF dengan jarak terdekat perusahaan offtaker, maka PT Semen Padang memiliki jarak terdekat, sehingga lebih baik.
“Karena jarak yang terlalu jauh dengan offtaker bisa menyebabkan beberapa masalah, seperti jalan kotor dan lainnya,” jelasnya.
Dody mengatakan, saat ini pemerintah berencana membangun TPST RDF di 20 kota di Indonesia menjelang 2024 dan Kota Padang masuk dalam prioritas pembangunan itu karena jumlah sampah yang mencapai 500s/d 600 per hari.
“Kita berharap dengan adanya pembangunan RDF ini nantinya bisa menjadi salah satu solusi sampah. Namun yang perlu diingat ini bukan solusi final dari sampah.”
“Edukasi masyarakat terhadap sampah juga harus terus dilakukan agar bisa melakukan pemilihan sampah dengan baik sebelum dibuang,” harapnya. (rdr)