Pada kesempatan itu, Hoesen mengatakan bahwa BEI, bersama seluruh pemangku kepentingan di pasar modal Indonesia, perlu untuk melanjutkan pengembangan pasar modal yang berkelanjutan melalui inovasi yang visioner dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seiring dengan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia.
Pengembangan tersebut antara lain dapat diimplementasikan pada berbagai fitur dan layanan ‘mesin perdagangan’ BEI, media interface investor yaitu aplikasi online trading milik Anggota Bursa (AB), serta edukasi secara masif melalui media sosial, social media influencer, komunitas, dan kelas-kelas Sekolah Pasar Modal (SPM) yang dilaksanakan secara daring.
“Terbukti bahwa stabilitas dan kekuatan pasar modal Indonesia hanya bisa terwujud jika investor domestik, terutama ritel, bangkit menjadi tuan rumah di negeri sendiri yang terefleksi dari berbagai data pencapaian di pasar modal Indonesia,” ujar Hoesen saat itu.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menambahkan, berkat kegiatan edukasi masif yang dilakukan oleh BEI bersama seluruh pemangku kepentingan pasar modal Indonesia, berbagai pencapaian signifikan telah diperoleh.
Beberapa rekor yang tercapai sepanjang tahun lalu diantaranya adalah peningkatan jumlah SID saham maupun SID pasar modal, peningkatan jumlah investor yang aktif bertransaksi, peningkatan aktivitas investor domestik ritel dari sisi frekuensi dan nilai transaksi, bahkan kepemilikan saham tahun ini yang semakin didominasi oleh investor domestik.
Peningkatan jumlah investor baru juga diikuti dengan meningkatnya aktivitas investor. Seluruh indikator per Agustus 2021 menunjukkan bahwa aktivitas investor meningkat, yang diantaranya adalah rata-rata investor aktif per hari mencatatkan peningkatan dua kali lipat menjadi 198.858 dari 94.704 SID, dan rata-rata investor aktif per bulan turut meningkat 2,2 kali lipat menjadi menjadi 641.442 dari 293,886 SID.
Dengan penetrasi digital, distribusi investor juga menjadi semakin merata dan berangsur tidak terpusat lagi di Pulau Jawa. Data Juli 2021 menandakan konsentrasi investor di Pulau Jawa berkurang menjadi 69 persen dari tiga tahun sebelumnya atau pada 2018 yaitu 74 persen. Komposisi investor juga semakin bergerak ke usia muda, karena sekitar 80 persen investor di pasar modal merupakan milenial dan gen Z. (ant)