Kata Togar, di Dusun Sute’ Uleu ini ada sekitar 40 KK. Dari jumlah tersebut, terdapat 10 KK yang beragama Islam. Sebagian besar dari mereka adalah muallaf.
Tentunya, dia bersama para muallaf lainnya butuh bimbingan dari para da’i untuk bisa mengenal Islam lebih baik. Untuk itu, dia pun memohon agar UPZ Baznas Semen Padang dapat menempatkan da’i nya di Sute’ Uleu.
“Saya juga muallaf dan saya belum mengenal Islam dengan baik. Kami mohon jangan hanya materi saja yang diberikan kepada kami, tapi juga bimbingan.”
“Karena, kami ini masih buta dengan ilmu agama Islam, apalagi SDM kami rendah. Mohon tempatkan da’i yang benar-benar membina kami di sini,” kata Togar berharap kepada rombongan UPZ Baznas Semen Padang.
Mayoritas masyarakat Dusun Sute’ Uleu, kata Togar melanjutkan, berasal dari Dusun Simalegi Tengah, Desa Simalegi. Dulunya, dusun ini dihuni oleh sedikit masyarakat.
Pada tahun 1997, sekitar 30 kepala keluarga (KK) di Simalegi Tengah pindah ke Sute’ Uleu dalam rangka mengembangkan zona persiapan Taman Nasional Siberut.
Sampai sekarang jumlah KK tidak berkembang signifikan, karena banyak dari warga yang pindah tinggal ke dusun lain, dan ada juga yang merantau keluar dari Kepulauan Mentawai untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
“Saya ini dulunya penyuluh persiapan Taman Nasional Siberut. Karena Taman Nasional Siberut terlalu sempit, akhirnya butuh pengembangan. Makanya, kami pindah ke Sute’ Uleu ini. Kalau bahasa Mentawai nya, Sute’ Uleu itu artinya subur.”
“Alhamdulillah, tanahnya subur dan cocok buat kami berladang,” kata Togar sembari menyebut rata-rata masyarakat Sute’ Uleu bekerja sebagai peladang.
Terkait dibangunnya Masjid Bahrul Ulum oleh UPZ Baznas Semen Padang, Togar mengatakan ibarat mimpi yang terwujud. Karena, sudah lama umat Islam di Sute’ Uleu menginginkan adanya masjid untuk salat Jumat.
Karena, pada umumnya setiap jumat, umat muslim melaksanakan ibadah salat Jumat ke Dusun Betaed dan ke Dusun Sakaladath. Kedua dusun ini masih berada di teritorial Desa Simalegi.
Jarak kedua dusun ini cukup jauh dari Sute’ Uleu. Kalau ke Bataed sekitar 8 km atau sekitar 20 menit kalau menggunakan sepeda motor.
“Yang dekat itu ke Sakaladath. Jaraknya sekitar 4 km. Makanya, kami sangat senang sekali UPZ Semen Padang mau membangun masjid di dusun kami ini. Meski belum 100 persen selesai, alhamdulillah sudah bisa kami manfaatkan. Ramadan kemarin kami gunakan untuk salat Tarawih,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat sekitar bernama Rahmad Hidayat. Kata dia, Masjid Bahrul Ulum ini satu-satunya rumah ibadah umat Muslim di Sute’ Uleu.
Dan, pembangunan masjid ini berawal saat dia mengantarkan anaknya sekolah ke Sakaladath. Waktu itu awal tahun 2022. Di sana, dia bertemu dengan teman lamanya bernama Renti Tateuteu yang merupakan da’i mitra UPZ Baznas Semen Padang.
Renti Tateuteu pun menyampaikan kalau dia ke Sakaladath bersama rombongan UPZ Baznas Semen Padang untuk menjalankan program dakwah dan syiar Islam.
Kemudian, Rahmad menemui pihak UPZ Semen Padang dan menyampaikan keinginannya agar dibangunkan masjid di dusunnya. Gayung bersambut, UPZ Baznas Semen Padang menurunkan tim untuk menindakkanjutinya.
“Setelah tim dari UPZ melakukan survei, saya bersama masyarakat langsung mengurus segala persyaratannya, termasuk surat hibah tanah tempat dibangunnya masjid ini.”
“Dua bulan pengurusannya selesai, dan pihak UPZ juga membentik tim untuk pembangunan masjid ini. Tim tersebut merupakan da’i mitra dari UPZ Semen Padang yang ada di Siberut Utara dan Siberut Barat,” katanya. (rdr)