Emak-emak di Padang Keluhkan Harga Set Top Box yang Mahal dan Minim Sosialisasi

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menghentikan siaran televisi analog untuk beralih ke digital sejak April 2022 lalu.

Pemerintah telah meminta masyarakat beralih dari penggunaan antena konvensional ke sebuah perangkat bernama Set Top Box (STB).

STB merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk menangkap sinyal dari sebuah siaran.

Perangkat ini memiliki beberapa jenis, di antaranya DVB-T2, DVB-C, DVB-S, dan DVB-IPTV. Sedangkan di Indonesia menggunakan tipe DVB-T2.

“Penting sekali untuk mendorong masyarakat membeli set top box atau mengganti televisinya tidak perlu menunggu sampai migrasi ke TV digital,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ismail beberapa waktu lalu.

Namun, imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk menggunakan STB kepada masyarakat tidak diimbangi dengan regulasi yang mengatur di dalamnya.

Seperti yang dialami oleh salah seorang warga Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) bernama Oni (40).

Oni mengaku dirinya menemukan sejumlah emak-emak di Kota Padang yang membeli STB, namun dengan harga tinggi hingga perangkat yang tak bisa digunakan setelah dibeli.

“Banyak yang saya temui seperti itu, ketika perangkat (STB) sudah dibeli, namun tidak bisa digunakan, padahal harganya juga tidak murah, ada yang mencapai jutaan,” katanya kepada Radarsumbar.com via seluler, Jumat (4/8/2023) siang.

Dia melihat pemerintah kurang mengatur regulasi dan sosialisasi terkait penggunaan STB.

“Ada seorang ibu-ibu yang membeli STB, namun ketika digunakan di rumahnya, perangkat tersebut tak bisa digunakan, kan sia-sia jadinya. Seharusnya pemerintah membuat semacam regulasi yang jelas dan komplit terkait hal itu,” katanya.

Selain itu, banyak perangkat STB yang tidak bisa digunakan karena televisi yang tidak berstatus kekinian.

“Saya kasihan melihat emak-emak ini, sudah menabung, ketika uang terkumpul dibeli STB, namun STB-nya tak berfungsi. Padahal (tayangan) televisi adalah hiburan terakhir dari mereka,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, Oni mengaku berfikir lebih jauh untuk membeli STB, karena ketidakjelasan tentang penggunaan perangkat tersebut.

“Saya sendiri kebetulan belum menggunakan STB juga, dengan kondisi seperti ini, saya menjadi ragu. Saat ini televisi di rumah masih terletak begitu saja,” tuturnya. (rdr-008)

Exit mobile version