PADANG, RADARSUMBAR.COM – ‘Di Bawah Kuasa Naga’ adalah pameran fotografi dan seni rupa yang akan digelar pada 25-28 April 2024 di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat.
Foto-foto dokumenter hasil perjalanan Fatris MF ke Pulau Komodo menampilkan keseharian masyarakat di dalam Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur yang tengah digadang-gadang sebagai destinasi wisata premium namun berimplikasi pada suhu politik yang memanas.
“Di Bawah Kuasa Naga merupakan pameran tentang kehidupan orang-orang di wilayah Taman Nasional Komodo yang mengalami penggusuran demi perlindungan komodo, naga terakhir yang hidup di bumi,” ujar kurator pameran “Di Bawah Kuasa Naga”, Uyung Hamdani (24/4/2024).
Bagi Uyung, memilih Padang sebagai tempat pameran foto yang diambil fotografer Fatris MF di Pulau Komodo punya beberapa alasan.
Pertama, mendorong minat fotografer muda Sumbar untuk mendalami foto dokumenter seperti yang dikerjakan Fatris MF. Kedua, apa yang menjadi persoalan di Pulau Komodo juga terjadi di wilayah Sumbar.
“Di antaranya isu kebudayaan yang lambat laun cuma jadi simbol semata, karena percepatan pembangunan pariwisata oleh pemerintah hari ini tidak memberi ruang bagi masyarakatnya sendiri,” papar Uyung.
Pameran foto ini, lanjut Uyung, diharapkan mampu memicu kesadaran lebih bahwa tiap-tiap kebijakan akan punya konsekuensi terhadap warga dan ruang hidupnya.
Di Bawah Kuasa Naga merupakan bentuk penawaran pola non-konvensional dalam berpameran di Sumbar. Foto-foto jepretan Fatris akan disusun berdasarkan cerita yang ditulisnya sendiri dalam buku terbarunya.
Beberapa foto akan digabung atau dijajar secara berdekatan dan beberapa foto lainnya akan berdiri sendiri, tetapi tidak lepas dari kesatuan cerita ‘Di Bawah Kuasa Naga’.
Foto-foto yang dipajang akan diterjemahkan oleh perupa Ariq Alhani dengan pendekatan artistik, yakni lukisan dinding atau mural.
“Dalam perkembangannya fotografi ternyata tidak lagi semata milik juru foto. Bagi seniman seperti Ariq, foto menjadi medium seni rupa.”
“Proses antara juru foto menghasilkan foto dan foto yang dijadikan medium seni rupa ini punya pendekatan yang berbeda walaupun dengan pembacaan isu yang sama,” jelas Uyung.
Menurut Uyung, perbedaan lintas ilmu ini menjadi kekuatan tersendiri saat digabungkan dalam pameran. Di satu sisi akan ada foto yang dipajang khas pameran foto, sisi lainnya adalah seni rupa yang berbahan dasar sebuah foto.
“Foto-foto Fatris MF akan direspon dengan mural dan instalasi dari Ariq Alhani. Ariq bertugas untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan Fatris melalui foto dengan sentuhan-sentuhan visual,” sambung Uyung.