“Permintaan ada yang dari Aceh, Pekanbaru, Medan dan lainnya, awalnya dimulai dari warga kami bernama Pak Dadang hingga terus berkembang dan viral di tengah masyarakat,” katanya.
Buah stroberi itu menurutnya banyak dipesan melalui permintaan dari media sosial yang terlebih dulu diseleksi setelah dipetik sebelum dikirimkan.
Awalnya, kebun stroberi milik Pak Dadang hanya berjumlah 1.600 batang dari pembibitan awal yang hanya 17 batang dan susah dipasarkan.
“Kini jumlah kebun Pak Dadang sudah sekitar tiga hektare dan beberapa menampung juga buah dari warga lain untuk dipasarkan,” kata Salsa.
Meskipun sudah memiliki pelanggan tetap, warga Kampung Upang sangat terbuka jika ada masyarakat yang ingin menikmati sensasi memetik stroberi langsung dari batangnya di kebun.
“Sangat bagus ya, udara sejuk dan ramah anak, sekaligus wisata edukasi pertanian bagi anak, buahnya pun rasanya enak manis tidak kalah dari stroberi daerah lain,” kata seorang pengunjung, Widia. (rdr/ant)