Trailer volume 1 menggambarkan periode di mana Buya Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memberikan kemajuan yang pesat pada organisasi tersebut. Dia juga mulai menulis sastra koran dan cerita roman yang disukai para pembaca.
Saat diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah “Pedoman Masyarakat”, Buya Hamka mulai berbenturan dengan pihak Jepang hingga media massa itu harus ditutup. Kehidupan keluarganya terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal karena sakit.
Usaha-usaha Buya Hamka untuk melakukan pendekatan pada pihak Jepang malah membuat dia dianggap sebagai penjilat dan musuh sehingga dia diminta untuk mundur dari jabatannya sebagai pengurus Muhammadiyah.
Sedangkan di trailer volume 3, digambarkan bahwa Hamka sudah menunjukkan minat yang besar terhadap tradisi dan sastra sejak kecil hingga mengabaikan pendidikannya di pesantren. Sikapnya itu membuat dia sering berbenturan dengan sang ayah.
Dia pun memutuskan untuk pergi belajar ke Mekkah dan naik haji dengan usahanya sendiri. Di sana, Hamka belajar berorganisasi, menemukan sistem manasik haji (atas restu Raja Arab), dan mendapatkan misi terbesar dalam hidupnya, yaitu membangun Islam di Indonesia.
Film ini bisa dinikmati oleh seluruh keluarga dari generasi Z hingga generasi orangtua. Perjuangan hidup Buya Hamka menginspirasi, dari semangat belajar yang otodidak dan perjalanan beliau di berbagai periode yang penuh romantika dan sangat menarik. (rdr/ant)