Ini Perjalanan Karir Legenda Semen Padang FC Anton Syofnevil

Saat gabung PSP, umur saya masih 18 tahun. Dari semua pemain, saya yang paling kecil.

Anton Syofnevil bersama legenda Semen Padang FC lainnya yang tergabung dalam Semen Padang FC Allstar

Anton Syofnevil bersama legenda Semen Padang FC lainnya yang tergabung dalam Semen Padang FC Allstar

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Legenda Semen Padang FC, Anton Syofnevil menuturkan bagaimana dirinya bisa menjadi pemain sepakbola profesional Indonesia. Kata dia, sepakbola baginya merupakan olahraga yang menjadi hobinya sedari kecil.

Bahkan ketika masih SD, hampir semua tanah lapang di tempat tinggalnya di Kampung Perak, Jalan Sudirman, Kota Padang, jadikan tempat bermain sepakbola bersama teman-temannya.

Kemudian begitu dirinya pindah ke Kota Dumai, Riau sekitar tahun 1978 untuk mengikuti sang ayah alm Syofyan Yahya yang dipindah tugaskan ke Pelindo Dumai, kecintaannya terhadap sepakbola makin besar.

Apalagi, sang ayah yang ketika di Pelindo Dumai, juga dipercaya menjadi pengurus sepakbola Bolder Dumai, sebuah club sepakbola binaan Pelindo Dumai.

“Ayah sangat mensupport saya untuk sepakbola. Bahkan ketika masih kelas V SD SD 03 Labor Oseing Dumai, saya diajak bergabung memperkuat club Bolder Dumai.”

“Dan saat itu, saya yang paling kecil menjadi squad club Bolder Dumai. Sedangkan pemain yang lain sudah bekerja. Meski saya paling kecil, tapi kawan-kawan dan pelatih percaya dan suka melihat gaya permainan saya,” kenang Anton.

Dua tahun di Bolder Dumai, lanjut Anton, dirinya kemudian pindah Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, dan sekolah di SMP 1 Rengat, karena Ayahnya juga pindah ke Pelabuhan Rengat.

Selama di Rengat, dia bergabung dengan PS POP (binaan Polres Indragiri Hulu). Selama di PS POP, dirinya selalu diikutkan pelatih untuk setiap turnamen sepakbola lokal antar Kabupaten Inhu.

“Wakapolres Indragiri Hulu yang ketika itu dijabat Mayor Pol Soni, senang melihat saya bermain. Bahkan, beliau pernah menawarkan saya untuk menjadi anggota Polri setelah tamat SMP.”

“Tapi saya tidak mau, karena saya masih ingin main sepakbola dan melanjutkan sekolah. Tahun 1984, saya bersama keluarga pulang kampung ke Padang dan masuk SMA 1 Padang,” ujarnya.

Di Kota Padang, Anton gabung dengan PS Mangkudum dan ikut kopetensi PSP Padang tahun 1985 yang diselenggarakan di Lapangan Imam Bonjol dengan pertandingan pertama melawan PS Angkatan Darat (PSAD).

Anton kala itu, adalah pemain inti PS Mangkudum bersama Indra Syafri, pelatih Timnas Indonesia sejumlah kelompok umur. Pada pertandingan pertama, Anton pun langsung dipantau PSP Padang.

Anton pun lolos seleksi PSP Padang dan mengikuti Divisi Utama PSSI yang saat itu disisi oleh klub sepakbola terbaik seperti Persib, Persiraja, Persipura, PSM Makasar, Persebaya, PS Bengkulu dan PSIS Semarang.

“Saat gabung PSP, umur saya masih 18 tahun. Dari semua pemain, saya yang paling kecil,” katanya.

Satu musim memperkuat PSP Padang di Divisi Utama, pada tahun 1986 Anton mengikuti latihan untuk persiapan Porda Sumbar mewakili Kota Padang.

Di hari pertama latihan, tiba-tiba Pelatih Kepala Semen Padang FC Suhatman Imam yang sebelumnya adalah pelatih kepala PSP Padang, datang menghampiri sejumlah pemain Porda.

Usai latihan, Suhatman Imam menawari dirinya untuk bergabung dengan Semen Padang FC. Dengan senang hati, Anton langsung menerima tawaran tersebut dan di tahun yang sama, dia pun resmi berkostum Kabau Sirah (julukan Semen Padang FC).

Selain Anton Syofnevil, dua pemain Porda lainnya juga ikut diajak Suhatman Imam ke Kabau Sirah, yaitu Afdal Yusra dan Wellyansyah.

“Saya ini generasi kedua di Semen Padang FC bersama dengan sejumlah pemain lainnya seperti Wellyansyah, Delfi Adri, Afdal Yusra, Toufik Yunus, dan Masykur Rauf.

Sedangkan generasi pertama Semen Padang FC ketika itu, adalah Muhamarman, Ramlan, Aprous, Syafrianto Rusli dan Suranto. Saya berseragam Semen Padang FC sejak 1986 hingga 1996,” tutur Anton. (rdr)

Exit mobile version