Dua Tim Promosi Ini Kritik Sistem Keamanan PT LIB Usai Aksi Flare di Padang

Final seharusnya dimainkan dalam format single match (satu pertandingan), bukan sistem kandang dan tandang.

Aksi flare dari suporter Semen Padang FC di laga final Liga 2. (dok. Radarsumbar)

Aksi flare dari suporter Semen Padang FC di laga final Liga 2. (dok. Radarsumbar)

BOLA, RADARSUMBAR.COM – Laga final leg kedua Liga 2 antara tuan rumah Semen Padang FC kontra PSBS Biak diciderai oleh hujan flare dan kembang api di GOR H Agus Salim pada menit ke-80 yang menyebabkan laga langsung dihentikan.

Dalam laga tersebut, PSBS Biak selaku tim tamu berhasil meraih kemenangan 3-0 dan berhak meraih gelar juara Liga 2 setelah sebelumnya juga menang 3-0 di Biak dan bakal berlaga di Liga 1 musim depan.

Pelatih Semen Padang FC Delfiadri mengkritik PT LIB sebagai penyelenggara kompetisi. Menurutnya, final seharusnya dimainkan dalam format single match (satu pertandingan), bukan sistem kandang dan tandang.

“Pertandingan final ini jadi pelajaran bagi LIB, harusnya final itu single match, kalau single match mungkin tak akan terjadi seperti ini (insiden flare),” ujar Delfiadri usai laga.

Dia mengatakan, harusnya PT LIB menggelar laga tersebut di tempat netral guna menghindari hal-hal yang merugikan pertandingan dan kedua tim. “Kalau sudah seperti ini, kita bisa apa,” tutur Delfi.

Sementara itu, pelatih PSBS Biak Regi Aditya turut merespons tentang insiden flare di laga final kemarin. Menurutnya, kejadian itu harus menjadi pelajaran bagi semua insan sepakbola di Indonesia.

“Meski ada insiden, saya percaya apa yang terjadi ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua, tentunya untuk kemajuan sepakbola di Indonesia,” kata Regi.

Diketahui, PSBS Biak menjadi jawara di Liga 2 musim Indonesia musim 2023/ 2024 usai mengalahkan Semen Padang FC di partai final. Semen Padang FC harus puas meraih juara kedua alias runner-up Liga 2 kali ini.

Aksi flare ini sendiri terjadi pada final Leg 2 ini, tepatnya di menit ke-80. Flare tersebut dinyalakan secara serentak awalnya di tribun selatan, tempat dimana ada suporter bernama Spartacks dan Ultras West Sumatera (UWS).

Setelah ricuh, di bagian utara (lokasi suporter The Kmers) juga terlihat menyalakan flare. Sesaat, Stadion GOR Haji Agus Salim diselimuti asap.

Sejumlah suporter juga tampak memasuki lapangan hingga kemudian diamankan oleh Stewart dan pihak keamanan.

Adapun semua pemain dan official Semen Padang FC serta PSBS Biak keluar dari lapangan dan masuk ke ruang ganti.

Lalu, ratusan suporter dari The Kmers juga tampak turun di bawah di sekitar tribun utara, berselang beberapa menit mereka kembali ke tribun. (rdr)

Exit mobile version