Tapi sudahlah. Anggaran tak memadai. Ketika itu, dalam perhitungan, dibutuhkan sedikitnya Rp 20-25 Miliar. Biaya tersebut, mayoritas tentu berharap pada APBD dan sponsor, namun momentumnya bersamaan dengan hajatan Pemilu dan Pilkada serentak. Tentu menyedot anggaran besar. Sulit untuk dipenuhi.
Dalam kondisi kesulitan dan langkah terseok-seok tersebut, secercah harapan muncul pada H-8 sebelum upacara pembukaan, atau H-4 sebelum batas akhir mengirimkan entry by name kontingen dan pembayaran kompensasi keikutsertaan.
Kendati ada harapan, namun tidak serta merta mendapatkannya. Butuh kerja ekstra seluruh personil kontingen.
“Alhamdulillah, kita bisa juga berangkat,” kata Ketua PWI Sumbar Widya Navies, sehari sebelum batas entry by name yang diberikan kepada kontingen Sumbar. Provinsi lain, sudah ditutup sebulan sebelumnya.
Setelah medali emas dari Jayusdi Effendi/Edi Jarot, selesaikah? Ternyata belum. Saat penutupan, ada dua nomor karya jurnalistik yang diumumkan. Ada anggota PWI Sumbar yang ikut.
Ketika diumumkan hasil karya jurnalistik, ada kejutan. Benar-benar kejutan. Ada nama Reviandi, Bendahara PWI Sumbar yang sehari-hari Pemred Posmetro Padang, dalam daftar pemenang.
Meski tidak medali emas atau perak, sekeping medali perunggu dari tulisan Reviandi yang berjudul Geopark Meratus, Harapan Cuan Warga Belangian dan Suplai Oksigen Dunia, menjadi pengobat lelah dan menghadirkan sorak bahagia.
Ketika itu total medali yang diraih; satu emas, satu perunggu. Capaian itu sekaligus menyamai prestasi terbaik yang sebelumnya diraih saat Porwanas di Pekanbaru, tahun 2005. Satu emas, satu perunggu.
Beberapa saat berselang, panitia mengumumkan pemenang lomba foto jurnalistik. Alhamdulillah. Ondeh mande! Ada nama Guspayendri Chaniago, di daftar peraih medali.
Wakil Bendahara PWI Sumbar tersebut memperoleh perunggu. Ia menyelesaikan pemotretan bertema flora dan fauna, hanya berbekal foto melalui selular saja.
Capaian ini tentu disambut dengan rasa syukur yang luar biasa. Ketua PWI Sumbar Widya Navies mengungkapkan kebahagiaannya. Ia tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Begitu pun Ketua Kontingen, Sawir Pribadi dan semua personel kontingen.
Menariknya, ketiga medali diperoleh dari debut di Porwanas. Domino atau bagi masyarakat Kalsel populer dengan sebutan Dom, merupakan cabang pertama di Porwanas.
Reviandi dan Guspayendri Chaniago juga untuk pertama kalinya tampil di Porwanas.
“Alhamdulillah. Hasil ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak,” kata Reviandi.
Hal senada juga diucapkan Guspayendri. Tak kalah harunya, Dr Amiruddin SH, MH, official karya jurnalistik.
“Sepanjang hari kami tak dapat signal karena wilayahnya sangat jauh. Naik mobil, perahu, mobil dan sepeda motor. Jauh dari keramaian,” kata Amiruddin, sekembali dari arena lomba karya jurnalistik.
Capaian satu emas, dua perunggu di Banjarmasin, menorehkan catatan sejarah tersendiri. Sejarah sepanjang keikutsertaan Sumbar dari Porwanas ke Porwanas. Melewati prestasi Porwanas di Pekanbaru. Menempatkan Sumbar di peringkat ke 16. (*)