Catatan Firdaus Abie
Usai sudah Pekan Olahraga Nasional (Porwanas), di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tuan rumah Kalsel juara umum, kontingen PWI Sumbar bukukan capaian terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan di Porwanas. Baik dari raihan medali mau pun peringkat.
Porwanas bermula dari keputusan Rakernas SIWO PWI, tahun 1982. Pelaksanaannya setahun kemudian. Digelar di Semarang, tahun 1983. Sumbar langsung berpartisipasi. Jadwalnya, sekali tiga tahun, namun ada kalanya jadwal dipercepat. Ada juga yang dimundurkan.
Tahun 1988, Kota Padang, Sumatera Barat dipercaya jadi tuan rumah. Saat itu, Ketua SIWO Pusat Ardi Syarif, wartawan olahraga asal Sumbar.
Sejak Porwanas pertama di Semarang hingga Banjarmasin, sudah 14 kali ivent olahraga dikalangan wartawan ini berlangsung.
Berbagai suka dan duka, laga bermandikan keringat, hujan protes, keributan kecil, menjadi aksesoris yang menarik dan kemudian indah untuk menjadi kenangan sesama insan pers.
Selama ivent tersebut, prestasi anggota PWI Sumbar selalu pasang surut. Sulit menembus papan tengah, apalagi papan atas. Posisi 20 besar sangat sulit ditembus. Hal ini disebabkan tak mampu membawa emas pulang.
Ketika Jayusdi “Ajo” Effendi dan Edi “Jenderal” Jarot mempersembahkan medali emas, pada nomor berpasangan tertutup, cabang domino, sehari sebelum penutupan, capaian Sumbar tersebut sama dengan hasil Porwanas ke-VI di Bandung, 1996.
Ketika itu, emas semata wayang dan satu-satunya medali yang dibawa pulang, dihasilkan dari bulutangkis beregu. Empat pebulutangkis Sumbar, Basril Basyar, Ruswan Bujang, Alamsyah Halim, Syafrizal Yasin, terlalu tangguh untuk dihadapi lawan-lawannya. Kala itu, Ketua PWI Sumbar dijabat Masri Marjan, Ketua SIWO PWI Sumbar M.Mufti Syarfie.
Prestasi di Porwanas tahun 1996, bukanlah capaian terbaik. Dua hajatan berikut, tepatnya Porwanas VIII di Pekanbaru, Riau, tahun 2005, kontingen Sumbar membawa satu emas dan satu perunggu dari Bumi Lancang Kuning.
Emas dihasilkan dari bridge, perunggu dari bulutangkis
Capaian tersebut merupakan hasil terbaik sejak keikutsertaan Sumbar di Porwanas pertama hingga ke delapan. Begitu pun sampai Porwanas ke-XIII di Malang.
Pada Porwanas ke-XIV di Banjarmasin, Sumbar berangkat dengan 32 orang personil. Berlaga pada enam cabang, biliar, tenis meja, catur, domino, karya jurnalistik (artikel dan fotografi).
Keberangkatan kontingen, awalnya antara Iya dan Tidak. Dikatakan Iya karena tetap ingin berpartisipasi dan meraih prestasi. Sejak Porwanas pertama, tahun 1983, belum pernah sekali pun Sumbar tidak mengirimkan utusan.
Dalam ketidakpastian tersebut, SIWO PWI Pusat dan PB Porwanas memberikan dispensasi entry by name untuk kontingen Sumbar. Diizinkan mengirimkan kepastian nama dan jumlah kontingen kurang dari sepekan jelang laga berlangsung. Sebuah kemudahan yang luar biasa dari panitia.
Pengecualian kepada kontingen Sumbar, harus diakui berkat lobi Ketua PWI Sumbar Widya Navies dan Ketua SIWO PWI Sumbar Syaiful Husein.
Peran Syaiful Husein yang akrab disapa Aciak Guru termasuk sentral. Beliau termasuk berpengaruh di jajaran SIWO se-Indonesia. Pada Porwanas kali ini, putra asal Sijunjung ini merupakan Sekretaris Dewan Hakim PB Porwanas. Ketuanya, Yesayas Oktavianus, wartawan olahraga senior Indonesia.
Persiapan memberangkatkan kontingen, sebenarnya sudah dimulai jauh-jauh hari, terutama sejak Sumbar batal menjadi tuan rumah. Padahal mulanya, Sumbar yang mengajukan diri.