Disebutkannya, dalam buku tersebut juga dipaparkan sejumlah fakta dan data bagaimana perhutanan sosial telah mengubah pola pikir masyarakat terhadap hutan.
Hutan itu bukan lagi tempat menebang kayu, tapi banyak manfaat yang dapat dikembangkan untuk perekonomian.
“Potensi itu berbeda-beda di setiap daerahnya. Paling tidak ada 25 cerita perhutanan sosial yang telah mengubah pendapatan masyarakat di Sumbar ditulis dalam buku ini,” katanya.
Pada kesempatan itu, Dishut Sumbar juga membedah buku tersebut. Bagaimana berbagai cerita mereka yang merawat hutan dihamparkan dalam sebuah tulisan.
Buku setebal 267 halaman tersebut dibedah oleh Direktur Harian Posmetro Padang, Firdaus Abie.
Wartawan senior tersebut mengatakan, terdapat banyak informasi yang bisa didapatkan dalam buku tersebut.
Buku itu menyajikan informasi bagaimana perhutanan sosial di Sumbar telah berhasil tumbuh dan berkembang. Sejumlah Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sudah mampu menghasilkan pendapatan dari mengelola perhutanan sosial.
“Buku ini menarik untuk dibaca dan dicermati, memaparkan bagaimana perhutanan sosial dan pengurusnya telah bertranformasi menjadi opsi pendapatan masyarakat. Ini penting untuk dibaca,” katanya.
Bedah buku tersebut dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan perhutanan sosial di Sumbar, di antaranya pengurus KUPS dan LPHN. (rdr)