Selain itu untuk meningkatkan perekenomian nelayan tradisional, DKP Sumbar sudah memberikan bantuan kepada nelayan tradisoional di Danau Singkarak dari tahun 2019-2022. Diantaranya di Kabupaten Tanahdatar berupa Jaring Langli sebanyak 49 unit, gill net 75 unit dan mesin tempel sebanyak 107 unit. Untuk Nelayan di Kabupaten Solok berupa Jaring Langli sebanyak 44 unit, gill net 67 unit dan mesin tempel sebanyak 81 unit.
Menurutnya, kelestarian ikan bilih sangat menjadi perhatian Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi. Beliau beberapa kali memimpin rapat bersama Forkopimda dan beberapa Organisasi Perangkat Daerah di Provinsi Sumatera Barat.
“Selanjutnya ditindaklanjuti dengan rapat teknis oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Barat dengan ODD terkait di Kabupetan Solok dan Tanah Datar dengan melibatkan walinagari salingka danau serta perwakilan dari tokoh masyakat dan bundo kanduang,” ungkap Reti.
Refi menambahkan pengawasan harus terus dilakukan sebagai upaya tidak terjadi tangkap lebih dan supaya ikan-ikan kecil tidak tertangkap agar terus berkembang biak.
“Tidak hanya bagan yang akan diawasi dan tertibkan tetapi juga penangkapan lainnya yang tidak ramah lingkungan seperti pengeboman, penyentruman, penggunaan bahan kimia seperti potassium, penggunaan mata jaring pukek/ jaring tradisional yang tidak sesuai juga kita tingkatkan pengawasannya kedepannya,” tegas Reti.
Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan satu-satunya ikan endemik Danau Singkarak bahkan satu-satunya didunia sehingga harus dijaga kelestariannya. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Barat sudah beberapa kali melalukan sosialisasi, memberi pemahaman kepada nelayan di Danau Singkarak tentang pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya ikan di danau singkarak, dan agar menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga ikan bilih tidak punah. (rdr)