“Kami juga menggali pemikiran KH Agus Salim, M Natsir dengan mosi integralnya ternyata luar biasa Sumbar ini, sehingga kami berubah, pendekatan itu sangat penting.”
“Pendekatan kebudayaan, itu sangat penting. Kami mengangkat beberapa aspek-aspek penting dari Ranah Minang ini, semua kami gali,” ucapnya.
Hal terpenting bagi PDIP, kata Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) itu adalah konsepsi untuk bersama-sama bekerjasama bagi masa depan.
“Kalau persoalan pilihan kami serahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Semua pendekatan khusus, bahkan Bu Mega juga memiliki akar sejarah di Minang, bu Fatmawati, mbak Puan,” katanya.
“Kemudian, rekam jejak itu sangat banyak, rekam jejak yang menyatukan. Inilah yang terus digali PDI Perjuangan,” sambungnya.
Meski Joko Widodo kalah dalam dua pemilu di Sumbar, Hasto menyebut Presiden tetap memperlakukan semua setara dan tidak pernah dibeda-bedakan.
“Jadi ini modal untuk memperlakukan seluruh warga bangsa setara, bukan pada pilihan politiknya, itu juga yang dilakukan PDIP,” katanya.
Dirinya juga sesumbar menyebut bahwa kedatangannya ke Kota Padang tidak berorientasi kepada perolehan kursi bagi partainya, baik di legislatif atau eksekutif.
“Kami datang ke Padang tidak pernah berfikir kami dapat kursi atau tidak, yang penting kami banyak menggali pemikiran tokoh bangsa yang lahir di Ranah Minang ini,” tuturnya. (rdr-008)