Terkait adanya komentar terkait kebijakan yang dikeluarkan Nadiem Makarim sudah terlambat 30 tahun lalu, baginya tidak masalah.
“Tapi lebih kepada keseriusan kampus dalam merumuskan metode pelaksanaannya nanti, singkatnya untuk apa kebijakan setiap tahun diubah tapi pedoman pelaksanaannya rancu atau paling parah tidak berjalan sesuai harapan mengapa kebijakan itu dibuat,” imbuhnya.
Mahasiswa lainnya, Athiyah Lia Armila dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) angkatan 2017 tidak banyak berkomentar terkait kebijakan tersebut.
“(Saya pribad) setuju saja sih. Soalnya lebih ringkas walaupun sama-sama susah juga. Sebenarnya sama saja sih, publikasi jurnal dengan buat proyek kan sama-sama susah juga,” tuturnya.
Sebelumnya, Unand bersiap menerapkan ketentuan baru yang tidak lagi menjadikan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1 dan D4.
“Program pemerintah kami sambut baik yah. Artinya ada keleluasaan bagi perguruan tinggi untuk berpedoman,” kata Wakil Rektor I Unand, Prof Mansyurdin.
“Kata-katanya kan tidak mewajibkan. Kalau tidak mewajibkan maka perguruan tinggi akan merumuskan dengan baik program studi apa yang harus pakai skripsi dan program studi mana yang tidak harus,” sambungnya.
Karena skripsi dan tesis merupakan bagian dari mata kuliah, Mansyurdin mengatakan, perguruan tinggi akan melihat kembali profil kurikulum hingga target pembelajaran yang ditetapkan untuk menentukan syarat kelulusan mahasiswa pada setiap program studi.
Menurutnya, skripsi maupun tesis tidak bisa sepenuhnya dihapuskan atau dihilangkan mengingat penyusunan tugas akhir mahasiswa itu mencakup tahapan-tahapan pembelajaran pemecahan masalah.
Ia mengatakan, dalam menyusun skripsi sebagai tugas akhir seorang mahasiswa harus mengumpulkan data dan fakta, mengolah data, mencari sumber-sumber referensi, menyusun laporan, hingga mempublikasikannya.
“Saya kira itu penting. Namun, dengan adanya pilihan saya rasa itu bisa saja,” katanya.
Prof Mansyurdin berpandangan, ketentuan syarat lulus tanpa skripsi tidak bisa diterapkan pada semua program studi yang ada di perguruan tinggi, hanya relevan diterapkan pada jurusan tertentu seperti jurusan teknik.
Di jurusan teknik, katanya, alih-alih diwajibkan menyusun skripsi mahasiswa bisa diarahkan untuk menjalankan proyek semacam pembuatan prototipe pesawat secara mandiri atau berkelompok. (rdr)