PADANG, RADARSUMBAR.COM-Namanya ada dalam jajaran calon anggota DPR RI dari Partai Golkar untuk daerah pemilihan (dapil) Sumatera Barat 1 pada kontestasi Pemilu 14 Februari 2024 mendatang. Wilayah pemilihannya meliputi, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, hingga Kabupaten Dharmasraya.
Sosok itu adalah Teddy Alfonso, si mantan aktivis yang punya komitmen kuat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, dengan motto “Dengarkan, Pikirkan, Perjuangkan!”.
“Saya tidak bisa membiarkan satu keadaan yang menurut hemat saya, buruk terjadi. Saya tidak bisa melihat ketidakadilan dan kesewenang-wenangan di depan mata. Jiwa saya memberontak seketika jika hal tersebut muncul,” demikian diakui Teddy, saat diwawancara media, baru-baru ini.
Diketahui, Teddy memang seorang yang sifatnya sangat kritis dan keras. Naluri aktivisnya menggelora, terutama jika menyaksikan ada seseorang atau sekelompok orang yang seperti sok berkuasa, bersikap tidak adil pada rakyat. Ditegaskan Teddy, dia tidak pernah takut berhadapan dengan penguasa dan orang banyak harta.
“Yang saya takuti hanyalah Allah Subhanahu Wataa’la,” sebut pria yang berprofesi sebagai seorang akuntan itu serius.
Sebagai seorang mantan aktivitas yang sangat aktif saat di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), apalagi pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Teddy mengaku bisa mengukur dan mengontrol kekuatan kekuasaaan dalam melakukan tindakan.
“Ini jadi salah satu alasan saya memutuskan berbaur dan ikut berjuang dalam pergerakan mahasiswa dan pemuda bersama rakyat, menuntut Reformasi 1998 hingga orde baru jatuh kala itu,” kenangnya.
Padahal, di masa itu, ia sudah berstatus sebagai karyawan bank, dan dia tidak peduli akan karirnya yang telah ia tapaki sejak menuntaskan studi di Unand. Menurutnya, bangsa Indonesia menanti kepedulian anak negeri. Teddy fokus dan banyak menghabiskan waktunya melakukan berbagai aktivitas konsolidasi, mobilisasi, dan pengorganisasian pemuda, mahasiswa dan rakyat sipil untuk menuntut terjadinya reformasi di Indonesia.
Namun demikian, bagi dirinya, berjuang tidaklah sekedar berdemonstrasi, mengikat pita merah putih di kepala kepala dan mengepalkan tangan, lalu berteriak menghardik penguasa. Tetapi, harus masuk, terjun, berkecimpung dan langsung menyentuh rakyat. Secara terencana, sistematis, dan masif melakukan pengorganisasian rakyat, membangun kesadaran kritis dan terus mengkonsolidasikan berbagai kekuatan masyarakat sipil.
“Hanya dengan cara itu kekuasaan zalim dapat diruntuhkan dan kebijakan publik yang berpihak dapat diciptakan,” tegasnya.
Meskipun seorang aktivitas gerakan sosial bersifat strategis dalam berpikir, independen, menjaga integritas dan objektivitas, namun baginya tidak jauh berbeda dengan saat dia memposisikan diri sebagai seorang aktivis partai politik seperti sekarang ini.
“Saya hanya akan tunduk dan patuh serta berpedoman kepada nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal. Saya tidak suka dipengaruhi oleh siapapun untuk bertindak merugikan orang lain. Sudah harga mati bagi saya juga, untuk selalu menjaga, mendahulukan, dan mewakili kepentingan orang banyak di atas kepentingan segalanya!” tegasnya. (*/rdr)
Komentar