PVMBG Belum Naikkan Status Gunung Marapi meski Aktivitas Erupsi Meningkat

Gunung Marapi menyemburkan abu vulkanik pada Minggu (14/1/2024). ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Follow WhatsApp Channel, Telegram, Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru

LUBUKBASUNG, RADARSUMBAR.COM – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hadi Wijaya, mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum berencana untuk menaikkan status Gunung Marapi, yang saat ini berstatus Level II atau waspada, meskipun telah terjadi 15 letusan antara 1 hingga 28 Januari 2025.

“Hingga saat ini, kami belum ada rencana untuk menaikkan status Gunung Marapi,” kata Hadi Wijaya saat dihubungi di Padang, Senin.

Gunung api yang terletak pada ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (MDPL) tersebut, tetap berstatus waspada atau Level II. Selama periode 1 hingga 28 Januari, PVMBG mencatat 15 kali letusan, bahkan pada 21, 22, dan 26 Januari, Marapi meletus dua kali dalam sehari.

Meskipun status belum dinaikkan, Hadi menegaskan bahwa tim PVMBG, terutama Pos Pengamatan Gunung Api Kota Bukittinggi, terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Marapi secara intensif.

Erupsi yang terjadi masih dalam jangkauan radius tiga kilometer. Artinya, masyarakat dan pihak lainnya dilarang beraktivitas dalam radius tersebut, tepatnya di sekitar Kawah Verbeek.

“Saat ini, PVMBG masih menetapkan status Level II atau waspada, dengan rekomendasi utama agar tidak ada kegiatan dalam radius tiga kilometer dari pusat erupsi,” tegas Hadi.

Berdasarkan evaluasi PVMBG pada periode 16 hingga 31 Januari, aktivitas Gunung Marapi cenderung meningkat, dengan erupsi dan hembusan yang lebih sering terjadi dibandingkan dengan dua pekan sebelumnya. Kolom erupsi dan asap hembusan tercatat mencapai ketinggian maksimum 750 meter di atas puncak.

Selain itu, kegempaan di Marapi juga mengalami peningkatan, terutama gempa yang terkait dengan pelepasan energi, seperti gempa letusan/erupsi dan hembusan. Gempa yang berkaitan dengan pasokan magma meningkat pada tremor nonharmonik, sementara gempa vulkanik dangkal maupun dalam relatif tetap.

Energi seismik yang tercermin dari pengukuran amplitudo seismik waktu nyata juga menunjukkan angka di atas normal sejak awal Desember 2024, meskipun dalam dua pekan terakhir cenderung menurun secara fluktuatif. (rdr/ant)

Exit mobile version