Setelah itu, dilanjutkan lomba “manjunjuang talam ka rumah mintuo” atau membawa makanan ke rumah mertua dengan memakai baju kurung basiba, Sabtu (17/6).
Kegiatan itu ditutup dengan tabligh akbar di Masjid H Abdul Manan pada Sabtu (17/6) pada pukul 20.00 WIB.
Perang Kamang adalah perlawanan masyarakat Sumatra Barat terhadap Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1908, tepatnya 115 tahun lalu, berpusat di daerah Kamang, Kabupaten Agam.
Setelah berhasil menguasai Sumatra Barat pada 1837, Gubernur Michael melaksanakan sistem tanam paksa kopi, agar pedagang kopi bisa dikuasainya. Namun pada tanggal 1 Maret 1908, Belanda mengganti sistem tanam paksa dengan belasting (pajak).
Sejak itu, masyarakat Minangkabau khususnya di daerah Kamang, menentang pembayaran pajak tersebut, sehingga masyarakat secara diam-diam melengkapi diri dengan senjata tajam dan keterampilan bela diri. (rdr/ant)