“Sejauh ini peningkatan yang terjadi masih bersifat fluktuatif,” kata Hadi Wijaya.
Selain itu, dari evaluasi yang dilakukan PVMBG energi seismik yang tercermin dari real time seismic amplitude measurement tergolong rendah dengan fluktuasi di sekitar baseline. Kemudian, sambung dia, grafik deformasi tiltmeter menunjukkan kecenderungan stabil serta tidak menunjukkan pengempisan maupun penggembungan pada tubuh gunung api.
Masih dalam laporan yang sama diketahui laju emisi (fluks) gas SO2 Gunung Marapi dari satelit Sentinel yang berkaitan dengan pasokan magma tergolong rendah, berfluktuasi di bawah 300 ton per hari sejak 26 April 2024. Bahkan, terakhir terukur 19 ton per hari pada 31 Juli 2024.
“Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan maka secara umum aktivitas Gunung Marapi relatif stabil,” ujarnya.
Meskipun demikian potensi terjadinya erupsi masih tetap ada sebagai bentuk dari pelepasan sisa energi menuju kondisi kesetimbangan. Jika tidak terjadi peningkatan pasokan magma, maka erupsi yang dapat terjadi diperkirakan berskala kecil dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan berada di sekitar puncak Marapi atau di dalam radius tiga kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek). (rdr/ant)