BUKITTINGGI, RADARSUMBAR.COM – Rumah Sakit Madina Bukittinggi, Sumatera Barat melakukan inovasi teknologi dengan mendaur ulang limbah cair menjadi air bersih yang memenuhi parameter standar uji.
Koordinator Sanitasi dan Proses Rumah Sakit Madina, Suwarno mengatakan pengubahan limbah cair menjadi air bersih ini menggunakan sistem pengolahan anaerobik atau tanpa udara serta aerob atau menggunakan udara. “Sistem ini tidak menggunakan bahan kimia, sehingga ramah lingkungan, sebagai pengganti bahan kimia, digunakan bakteri pengurai limbah bernama Afdanic,” kata Suwarno, Senin.
Suwarnno mengatakan setiap penggunaan dari ruangan rawat inap yang menghasilkan limbah cair, semuanya akan masuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam prosesnya, limbah cair itu akan masuk ke bak kontrol, lalu menuju ke septic tank, kemudian masuk ke bak pengumpul.
Setelah itu, baru masuk ke pengolahan pertama dengan sistem anaerob. Ada 6 bak dalam sistem anaerob ini, dan ada proses masing-masingnya di setiap bak kemudian berlanjut ke proses aerob dengan menggunakan 4 bak air.
Dalam sistem aerob juga menggunakan media sarang tawon untuk meningkatkan populasi bakteri Afdanic. “Proses selanjutnya masuk ke bak aerasi, lalu lanjut ke media saringan bertingkat. Ada 3 saringan. Fungsinya sebagai sirkulasi menyaring kualitas yang bagus yang masuk ke bak pengumpul, dari bak pengumpul kemudian akan terus bersirkulasi secara terus menerus,” kata Suwarno.
Proses selanjutnya, masuk ke saringan filterisasi 1 dan 2 untuk penjernihan serta menghilangkan bau dan warna hingga air tersebut akan masuk ke outlet toren afdanik di bak kontrol setelah melalui alat cartridge.
RS Madina Bukittinggi juga telah mengirim sampel air bersih hasil pengolahan tersebut ke UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar. Dari hasil uji labor pada tanggal 13 Oktober 2022, RS Madina telah menerima laporan hasil uji tersebut, dengan hasil di bawah ambang batas kadar maksimum.
Ada 5 bak air yang di uji sampelnya, mulai dari bak yang belum mengalami proses hingga bak yang sudah mengalami proses penyaringan. Masing-masing 5 sampel air itu di ukur melalui 19 parameter yang di uji di labor dengan kriteria kondisi sampel ‘memenuhi’.
Hasilnya, dari baku mutu atau kadar maksimum 25 NTU untuk tingkat kekeruhan air bersih, hasil Air Limbah Outlet nilainya 0,10 NTU. Sementara Air Limbah Akhir Anaerob adalah 1,16 NTU dan Air Limbah Aerobnya 1,07 NTU.
Di banding sebelum penyaringan, Air Limbah Septic Tank nilainya 49,6 NTU dan Air Limbah Air Kotor nilainya 69,2 NTU. Hasil uji parameter lainnya juga di bawah ambang batas maksimum, bahkan ada yang nilainya nol, seperti parameter dari Total Kaliform dan Escherichia Colo (E Coli).
Menurut Suwarno, air bersih itu sangat berguna untuk menyiram tanaman, membersihkan kendaraan operasional, membersihkan lantai dan sebagainya. “Rumah Sakit Madina Bukittinggi terbuka bagi yang ingin belajar dan ingin kerja sama dalam bidang pengolahan IPAL ini, silakan hubungi Bagian Diklat Rumah Sakit Madina Bukittinggi,” pungkasnya. (rdr/ant)