Wako Bukittinggi Minta Warga Waspadai Dampak Buruk Kabut Asap terhadap Kesehatan

Penampakan Kota Bukittinggi yang sebagian terdampak kabut asap. Wali Kota daerah setempat meminta warga untuk mewaspadai dampak buruk bagi kesehatan (Antara/Al Fatah)

BUKITTINGGI, RADARSUMBAR.COM – Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan berdampak hingga ke Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Wali Kota daerah setempat meminta warga mewaspadai dampak buruk dan antisipasi masalah kesehatan.

“Dari data stasiun pemantau atmosfer global atau Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Koto Tabang, diketahui banyak titik api kebakaran hutan berasal dari arah selatan Sumbar, beberapa hari ini berdampak hingga ke Bukittinggi, kami imbau masyarakat mewaspadai dampak kesehatan khususya bagi kalangan rentan,” kata Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, Selasa.

Ia mengungkap sesuai data terkini Informasi Kualitas Udara Aerosol, Gas Rumah Kaca dan Gas Reaktif oleh GAW Bukit Kototabang, kualitas udara yang dianalisis berdasarkan pantauan alat kualitas udara BAM 1020, untuk monitoring partikulat debu halus (PM2.5) dan debu (PM10).

Sementara untuk Thermo 49iQ Series untuk monitoring Ozon permukaan (03) dan Picarro G2401 untuk monitoring konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2) dan Metana (CH4).

“Particulate Matter atau PM10 itu dalam waktu singkat dapat memengaruhi reaksi radang paru-paru dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), kelompok masyarakat yang rentan terhadap asap kebakaran hutan adalah orang tua, ibu hamil, anak-anak serta orang dengan penyakit jantung dan paru sebelumnya seperti asma, penyakit paru dan lainnya,” kata Wako.

Ia meyebut hotspot atau titik api terbanyak itu ada di Jambi dan Palembang yang membuat sekolah atau satuan pendidikan di daerah setempat sudah diliburkan dan belajar dari rumah.

Sementara untuk wilayah Sumatera Barat, sesuai data GAW Koto Tabang, daerah dengan tingkat potensi kemudahan terbakar dengan level sangat tinggi berada di wilayah Dharmasraya, sebagian Pesisir Selatan dan Mentawai serta Limapuluh Kota.

“Semoga kita di sini tidak sampai seperti itu, jangan sampai warga membakar lahan bahkan hentikan dulu pembakaran jerami, ini akan menambah kabut asap, kami sarankan minimalisir keluar rumah bagi kelompok rentan kesehatan tadi, kalaupun harus keluar, pakai masker,” kata Wako.

Menurutnya selain kesehatan, asap kebakaran hutan ikut berdampak pada berbagai sektor kehidupan seperti gangguan kehidupan sehari-hari masyarakat, transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata dan ekonomi.

Sebelumnya BMKG memprakirakan fenomena cuaca panas terik di sejumlah wilayah Indonesia dapat berlangsung sampai Oktober 2023.

“Kondisi fenomena panas terik ini diprediksi masih dapat berlangsung dalam periode Oktober ini,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.

Dia menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia, terutama yang berada di selatan ekuator, masih mengalami musim kemarau.

Sebagian wilayah Indonesia, menurut dia, akan memasuki periode peralihan musim selama Oktober sampai November 2023. (rdr/ant)

Exit mobile version