Terminal Bayangan di Lubuk Begalung Padang Kian Meresahkan, Sinyal Bahaya Kian Tampak dengan Sejumlah Insiden

Dalam beberapa waktu belakangan ini, sejumlah insiden mulai tampak.

Petugas gabungan dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang melakukan pengawasan dan penertiban di terminal bayangan kawasan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Senin (25/3/2024) siang. (Foto: Dok. Radarsumbar.com)

Petugas gabungan dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang melakukan pengawasan dan penertiban di terminal bayangan kawasan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Senin (25/3/2024) siang. (Foto: Dok. Radarsumbar.com)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Keberadaan terminal bayangan atau tidak resmi di kawasan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) makin meresahkan, terutama bagi pengguna kendaraan bermotor.

Terminal bayangan yang sudah beraktivitas puluhan tahun itu belakangan kian menunjukkan sinyal bahaya. Penertiban pun mulai dilakukan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum.

Dalam beberapa waktu belakangan ini, sejumlah insiden mulai tampak. Di antaranya, kecelakaan beruntun hingga truk yang hilang kendali dan menabrak pembatas jalan.

Keberadaan terminal bayangan tersebut juga dinilai sebagai salah satu biang kerok kemacetan yang terjadi di kawasan Lubuk Begalung, terutama dari arah Pasar Raya menuju Indarung.

Kemacetan di kawasan tersebut kian tak terelakkan dengan penyempitan ruas jalan karena banyak travel liar dan bus antar kota dalam provinsi (AKDP) yang ‘ngetem’ di badan jalan.

Jika sudah masuk jam sibuk, terutama sore hingga malam hari, kemacetan dipastikan sudah menjadi pemandangan rutin dan terkesan dibiarkan.

Keberadaan travel liar juga menjadi penyebab atau pengundang dari kemacetan yang terjadi selama ini di jalan lintas Sumatera yang berada di bawah pengelolaan pusat tersebut.

Bahkan, travel liar yang ngetem tersebut juga disinyalir menjadi penyebab dari insiden kecelakaan atau tabrakan yang terjadi baru-baru ini.

Pada Jumat (22/3/2024) lalu, seorang pengemudi mobil perempuan bernama Aulia (40) menjadi korban dari insiden atau permasalahan di jalanan tersebut.

Perempuan paruh baya itu ditabrak oleh salah seorang pemotor yang datang dari arah sama, yakni dari Lubuk Begalung ke arah Indarung.

Bukannya menunjukkan rasa empati, salah seorang pria yang disebut-sebut sebagai agen travel liar dan pedagang buah bengkuang di lokasi kejadian justru mengintimidasi korban dengan tindakan verbal.

Pria yang belum diketahui identitasnya dan mengaku sebagai saksi itu justru tak bisa berfikir jernih dan bersikap objektif dalam menyikapi persoalan yang terjadi dan ia klaim saksikan.

“Ini yang amat saya sayangkan pula, dia berusaha menekan saya, seolah saya ini adalah pelaku, padahal saya adalah korban ditabrak dari belakang. Jikapun meminta pertanggungjawaban saya, semestinya saya jangan ditekan atau diintervensi, walau dengan tindakan verbal, ini sangat amat teramat tak elok, terutama di bulan suci Ramadan 1445 Hijriah ini, saya puasa, tidak tahu dengan pria yang mengaku sebagai saksi mata kecelakaan tersebut,” kata Aulia.

Selang dua hari pasca insiden tabrakan di lokasi travel liar ‘ngetem’ tersebut, tepatnya pada Minggu (24/3/2024) sore, persis di lokasi yang sama, satu truk juga mengalami kecelakaan tunggal akibat rem blong.

Demi menghindari banyaknya kendaraan yang ‘ngetem’ di jalanan tersebut, pengemudi truk lebih memilih menghantam pohon pelindung yang berada di pembatas jalan.

“Tidak ada korban jiwa, dan pohon tumbang juga sudah kami evakuasi atau potong,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Hendri Zulviton.

Satgas Penertiban

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Padang, Ances Kurniawan mengaku sudah melakukan upaya dalam mengatasi persoalan terminal bayangan.

Pihaknya, kata Ances, sudah mendesak Dishub Provinsi (Sumbar) untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) penertiban seluruh travel liar dan juga terminal bayangan yang ada di beberapa titik Kota Padang, salah satunya di Lubuk Begalung.

“Karena AKDP ini berada di bawah kewenangan provinsi dan memaksa mereka semua untuk masuk ke terminal Tipe A Anak Air,” katanya, saat dihubungi Senin (25/3/2024) siang.

Meski demikian, kata Ances, pihaknya tetap menindaklanjuti laporan masyarakat terkait ramainya travel liar dan bus AKDP yang ‘ngetem’ di terminal bayangan.

“Dalam satu hari ini saja, Senin (25/3/2024), kami sudah melakukan pengawasan dan penertiban sebanyak dua kali, yakni pada pagi dan sore hari. Kegiatan itu melibatkan Bidang Keselamatan dan Operasi dan juga Satpol PP Kota Padang,” katanya.

Revitalisasi Terminal

Sejatinya, pemerintah sudah menyediakan terminal definitif yang relatif aman, nyaman dan tak mengganggu ketertiban umum di kawasan Anak Air, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.

Bahkan, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) langsung meresmikan tiga terminal angkutan darat yang telah selesai direvitalisasi.

Tiga terminal tersebut berada di Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) dan Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

“Kebutuhan akan fasilitas transportasi darat lebih terasa penting ketika terjadi lonjakan penumpang, seperti Hari Raya Idul Fitri dan akhir tahun,” kata Jokowi pada 15 Desember 2023 lalu.

Presiden mengatakan, terminal angkutan darat dibangun untuk meningkatkan konektivitas antar kota sehingga bisa mendukung mobilitas dan kenyamanan pengguna transportasi.

Jokowi mengatakan, tiga terminal itu yakni Terminal Tingkir (Tipe A) berada di Kota Salatiga, Jateng yang menelan anggaran negara sebesar Rp34,8 miliar.

Terminal tersebut melayani bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan estimasi 235 bus masuk dan keluar setiap hari.

Selanjutnya, Terminal Paya Ilang (Tipe A) yang berada di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh dengan biaya pembangunan sebesar Rp22 miliar.

Terminal ini berdiri di atas lahan seluas 0,97 hektare dan bisa menampung 91 bus setiap harinya.

Terakhir, Terminal Anak Air di Kota Padang, Sumbar. Terminal ini dibangun menggunakan uang negara sebanyak Rp94,8 miliar dan bisa melayani 109 bus per harinya. Bangunan tersebut berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare.

“Terminal ini terlihat sangat modern yang dilengkapi fasilitas nyaman. Tidak hanya sebagai tempat naik dan turun penumpang, terminal ini memiliki fungsi lain seperti pusat kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), perbelanjaan dan pusat kegiatan sosial lainnya,” tuturnya.

Persoalan Sosial

Salah satu tugas pemerintah lainnya di kawasan tersebut adalah memberantas atau menghilangkan gerombolan pengamen dan tukang minta sedekah yang beraktivitas dari pagi hingga malam hari.

Modus yang digunakan para peminta ini beragam, mulai dari meminta sedekah, menjual tisu, lap kaca saat panas dan lempar sabun pada saat hujan.

Dalam beberapa tahun belakangan, jumlah mereka kian bertambah banyak. Mirisnya, beberapa dari pengamen ini juga membawa serta anaknya.

Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah dalam memberantas para pengamen dan anak jalanan (anjal) tersebut. Tidak jarang mereka sudah kerap dirazia oleh petugas dari kelurahan, kecamatan hingga Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

“Kami sudah beberapa kali menerima laporan tersebut dan juga sudah kami tertibkan, baik dari petugas kecamatan, kelurahan ataupun juga melibatkan Satpol PP Kota Padang,” kata Camat Lubuk Begalung, Andi Amir. (rdr)

Exit mobile version