Wigyo mengatakan, risiko bencana atau kecelakaan di Sumbar ini cukup tinggi, karena berada di Samudera Hindia dengan gelombang tinggi.
“Memang ombak di Sumbar tidak seekstrem Bengkulu atau Laut Jawa Selatan, tetapi alun di Sumbar mematikan, banyak kapal kecil yang tenggelam, bukan karena gelombang tinggi, tetapi karena patahan alun, itu yang harus diwaspadai,” katanya.
Secara umum, katanya, budaya tentang keselamatan pelayaran, khususnya di Sumbar perlu ditingkatkan.
Sebagai bentuk wujud kepedulian, KSOP Teluk Bayur memberikan pas kecil yang merupakan tanda kebangsaan kapal dan life jacket sebanyak 300 unit kepada operator kapal.
Dalam pas kecil itu terdapat standar kelaikan kapal, misalnya harus ada life jacket, radio, pompa air, dan alat pemadam kebakaran ringan.
“Kemudian, tanda kebangsaan kapal, dimiliki oleh WNI yang sah, di dalamnya ada bendera merah putih,” tuturnya. (rdr-008)