“Sekarang yang bikin algoritma juga gak mau kalah, selain impresi ditambah scrolling. Media online mau gak mau harus ikut algoritma,” sambungnya.
Saat ini, katanya, media online berkembang lagi dengan Search Engine Optimization (SEO). SEO dinilai bisa mempengaruhi ilmu jurnalistik itu sendiri.
Sebagai contoh, katanya, sebuah artikel berita dengan judul Sapto Anggoro Menemui Jokowi.
“Itu judulnya betul dengan kalimat aktif. Namun berdasarkan SEO, kuantitas, dengan kuantitas Jokowi banyak yang dicari diganti dengan Jokowi Ditemui Sapto. Nah ini benar dalam konteks SEO,” katanya.
Meski demikian, dirinya tetap menyebut bahwa siapa saja yang ingin mendirikan media online harus berpikir.
“Untuk melahirkan media itu bukan pragmatisme saja tetapi harus dengan idealisme,” tuturnya. (rdr-008)