Salah satu kegiatan sosialisasi kebencanaan dilakukan di SD Tirtonadi yang melibatkan siswa sekolah dasar di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan, Sumatera Barat pada Selasa (20/6/2023).
Sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Suaidi Ahadi mengimbau warga Kota Padang, Sumatera Barat, agar mengenali pola guncangan gempa bumi yang terjadi sebagai upaya mitigasi bencana.
“Hal ini perlu dilakukan warga Padang karena kota ini merupakan daerah pesisir yang rawan gempa dan tsunami,” kata dia.
Menurut dia, sebagai daerah yang berada di kawasan Megathrust Mentawai warga Kota Padang harus belajar sehingga mereka dapat membedakan gempa yang terjadi. Apabila gempa kuat terjadi mengayun dan membuat manusia tidak dapat berdiri itu artinya gempa sudah memiliki magnitudo 7 ke atas dan berpotensi tsunami.
Jika gempa itu guncangan vertikal menandakan gempa berada tidak lebih 100 kilometer jaraknya dari lokasi berdiri.
“Gempa dengan guncangan vertikal ini potensi tsunami cenderung kecil,” kata dia.
Sementara gempa dirasakan sangat kuat dan membuat tidak dapat berdiri, maka potensi tsunami sampai ke daratan hanya membutuhkan waktu 20 menit hingga 30 menit.
“Waktu ini tentu harus dimanfaatkan untuk melakukan upaya mitigasi,” kata dia. (rdr/ant)