PARIAMAN, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman, Sumatera Barat sedang mempersiapkan lahan di batas kota yakni Desa Pasir Sunur, Kecamatan Pariaman Selatan sebagai rest area atau lokasi istirahat pengendara khas buah durian.
“Di daerah itu banyak pedagang yang menjual buah durian, namun terbatas dengan lokasi parkir sehingga harus memakai bahu jalan,” kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Pariaman Alyendra di Pariaman, Selasa.
Ia mengatakan apabila hal itu dibiarkan maka akan mengganggu pengguna jalan dan bahkan bisa memicu kecelakaan sehingga Pemkot Pariaman akan memanfaatkan lahan pemerintah setempat yang ada di daerah itu sebagai lokasi pedagang berjualan durian.
Ia menyampaikan meskipun belum ada anggaran untuk pembangunan lokasi tersebut dengan bangunan permanen namun pihaknya akan berupaya agar rencana tersebut dapat terealisasi tahun ini.
Ia menyebutkan setidaknya luas lahan milik pemerintah yang dapat digunakan sebagai lokasi istirahat pengendara tersebut sekitar seperempat hektar.
Selain di Desa Pasir Sunur, lanjutnya Desa Apar, Kecamatan Pariaman Tengah juga terdapat banyak pedagang berjualan durian di tepi jalan mulai dari sore hingga malam hari.
“Namun lokasi itu sudah tidak dapat dikembangkan, berbeda dengan yang di Desa Pasir Sunur,” katanya.
Upaya yang dilakukan tersebut tidak saja sebagai penataan kota dan mewujudkan pelayanan publik namun juga meningkatkan pendapatan warga yang berjualan durian di daerah itu.
Diketahui dua desa di Pariaman semenjak beberapa tahun lalu dijadikan lokasi berjualan durian oleh pedagang buah di daerah itu sehingga tidak jarang pengendara bahkan pejabat setempat membeli buah dengan kulit berduri itu di lokasi tersebut.
Dari pantauan, lokasi berjualan durian di Pasir Sunur sudah terdapat pondok sehingga pembeli dapat menikmati enaknya buah sambil duduk di tempat duduk dan meja yang telah disediakan.
Sedangkan lokasi berjualan durian di Apar terdapat banyak berjualan durian namun pembeli tidak dapat menikmati dengan nyaman buah yang dimakan karena tidak tersedia pondok serta lokasinya berada di tepi jalan.
“Jadi pembeli hanya bisa singgah sebentar, lalu pergi,” tambahnya. (rdr/ant)