PARIAMAN, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat berkolaborasi dengan pemerintahan desa untuk mengatasi gangguan tumbuh kembang anak atau stunting di kota Tabuik tersebut.
“Target nasional angka stunting berada pada 14 persen, namun kami berupaya agar di Pariaman angkanya di bawah itu,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kota Pariaman Yalvi Endri di Pariaman Senin.
Ia mengatakan untuk mewujudkan target tersebut pemerintah desa di Pariaman telah menganggarkan dana untuk pemberian makanan tambahan kepada anak yang berisiko stunting.
Anggaran desa yang dikucurkan pemerintah desa untuk pemberian makanan tambahan tersebut bervariasi sesuai dengan jumlah anak risiko stunting yang ada di pemerintahan terendah tersebut.
“Ada yang mengalokasikan Rp40 juta per tahun dan juga ada yang mengalokasikan Rp60 juta per tahun,” katanya.
Selain itu, katanya Pemkot Pariaman juga mencarikan bapak asuh untuk anak yang berisiko stunting dari keluarga miskin guna mencukupi kebutuhan gizi mereka agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat menjadi lebih baik.
“Jadi masing-masing organisasi perangkat daerah hingga unsur musyawarah pimpinan daerah diamanahkan menjadi bapak asuh anak stunting,” ujarnya.
Ia menjelaskan bapak asuh tersebut yang akan membelikan susu serta telur untuk kebutuhan anak yang mengalami risiko stunting sehingga orang tua dapat memenuhi kebutuhan gizi anak mereka.
Sementara itu, Kepala Desa Pungguang Ladiang, Kecamatan Pariaman Selatan Aulia Mardhi Arif mengatakan pihaknya terus memberikan makanan tambahan untuk anak stunting di desa tersebut.
“Sebenarnya sebelum adanya program bapak asuh kami sudah memprogramkan membagi anak stunting sesuai dengan jumlah kader posyandu agar kader dapat memberikan perhatian lebih dan membantu mereka,” kata dia.
Ia mengatakan pihaknya berencana akan mengajak warga dari ekonomi mampu di desa tersebut agar mau menjadi bapak asuh anak risiko stunting yang ada di pemerintahan terendah itu.
Upaya yang dilakukan oleh Pemkot Pariaman dan desa tersebut bertujuan untuk menekan angka stunting apalagi berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 daerah itu berada pada angka 18,4 persen.
Sebelumnya, sebanyak 159 anak berisiko stunting dari keluarga miskin di Kota Pariaman, Sumatera Barat telah memiliki bapak asuh guna membantu keluarga mereka memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup.
“Ada 603 anak berisiko stunting di Pariaman, 159 anak di antaranya berasal dari keluarga miskin sehingga memerlukan bapak asuh guna membantu memenuhi kebutuhan gizi mereka,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pariaman Gusniyetti Zaunit di Pariaman. (rdr/ant)