PADANGARO, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, melalui Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Lingkungan Hidup dan Perhubungan setempat mengukur kualitas udara ambien terkait erupsi Gunung Kerinci.
“Pengukuran ini kami lakukan untuk mengetahui ambang baku mutu partikulat atau PM 2,5 untuk mengetahui dampak guguran abu vulkanis erupsi Gunung Kerinci yang sampai di Solok Selatan,” kata Kepala Bidang Penataan, Peningkatan Kapasitas Lingkungan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Lingkungan Hidup dan Perhubungan Solok Selatan, Erna Wijayanti di Padang Aro, Senin.
Partikulat (PM2,5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).
Pengukuran ambang baku mutu PM 2,5 dan PM 10 dengan menempatkan alat ukur High Volume Air Sampler (HVAS) di kawasan Balai Benih Induk (BBI) Bukit Malintang, Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, yang berada di kaki Gunung Kerinci pada Sabtu (14/1/2023).
“Hasilnya bisa diketahui setelah setelah 24 jam, namun sebelum diumumkan perlu dianalisa dulu di laboratorium,” katanya.
Udara yang baik untuk bernapas, sebutnya harus memiliki ambang baku mutu PM 2,5 maksimal 65. Jika ambang baku mutu di atas 65 akan berbahaya dan mengganggu saluran pernapasan. “Karena ukuran yang kecil dan tak terlihat mata maka bisa mengendap ke saluran pernapasan yang menyebabkan ISPA,” katanya.
Hasil dari pengujian ini, katanya bisa sebagai dasar bagi pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan. “Apakah nanti kebijakannya akan dievakuasi atau pembagian masker,” ujarnya.
Sebelumnya BPBD Solok Selatan melakukan mitigasi dampak erupsi Gunung Kerinci di daerah Letter W, Nagari Persiapan Lubuk Gadang Tenggara pada Kamis (12/1/2023). Hasil dari mitigasi tersebut menemukan abu vulkanis di area pertanian dan atap rumah warga. Selain itu BPBD setempat juga menerima laporan masyarakat yang mengaku mengalami gatal-gatal pada saluran hidung.
BPBD Solok Selatan sendiri telah menyalurkan bantuan masker kepada nagari yang terdampak abu vulkanis erupsi Gunung Kerinci.
Kepala Jorong Letter W Safrianto saat ditemui Minggu mengatakan guguran abu vulkanis masih terjadi di daerahnya. “Tadi (Minggu) pagi abu vulkanis masih bisa dilihat di lahan pertanian. Ketika saya membersihkan teras mushala juga masih terlihat,” katanya. (rdr/ant)