SOLOK, RADARSUMBAR.COM – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok, Sumatera Barat panen pupuk kompos yang telah berhasil mereka kelola dari kumpulan sampah-sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan sejak beberapa waktu yang lalu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok Edrizal di Solok, Sabtu, mengatakan sebenarnya kebutuhan pupuk kompos yang dibutuhkan di Kota Solok selama ini bisa dihasilkan secara mandiri.
Ia berharap, masyarakat Kota Solok dapat memilah dan mengolah sampah organik yang berasal dari rumah tangga secara mandiri.
“Kompos itu mudah dan bermanfaat, jangan takut untuk mulai mengelola pupuk kompos, karena pupuk kompos itu tidak sulit dan hanya memerlukan kemauan untuk mencoba. Ini juga salah satu upaya untuk mengurangi dan memanfaatkan sampah organik sisa dapur yang dihasilkan setiap hari,” kata Edrizal
Lebih lanjut, ia mengatakan, semakin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan tingginya volume sampah, baik sampah organik maupun anorganik yang dihasilkan rumah tangga.
Maka diperlukan pengelolaan sampah secara komprehensif dan terpadu agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Salah satu cara pengolahan sampah organik yang paling mudah dilakukan ialah dijadikan sebagai kompos.
Pengomposan adalah perubahan fisik dari sampah organik menjadi kompos, menggunakan proses biologis, yaitu dengan bantuan mikro dan makro organisme.
Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan pupuk kompos adalah sampah dapur, sampah kebun, sampah pertanian, peternakan, pertukangan dan sampah pasar.
Diketahui jumlah timbulan sampah di Kota Solok yang diangkut ke TPA Regional Ampang Kualo sebesar 80 persen, dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik sekitar 56 persen, sehingga pengomposan menjadi salah satu strategi Kota Solok untuk menanggulangi sampah organik.
Di samping itu, salah seorang pengawas angkutan sampah, DLH Kota Solok Mitra Yoriskia mengatakan sampah organik yang diangkut ke TPA berasal dari pasar raya berupa sisa-sisa sayuran yang sudah dipisahkan.
“Sampah yang diolah menjadi kompos adalah sampah organik yang diangkut ke TPA dari Pasar Raya Kota Solok berupa sisa-sisa sayuran pedagang,” kata Mitra.
Sampah tersebut dipisahkan menjadi sampah organik dan non organik. Sampah yang bisa digunakan dan didaur ulang menjadi pupuk kompos adalah sampah organik. Sampah organik digiling lalu difermentasikan selama 14 hari.
“Sampah yang telah dikumpulkan itu dipisah antara sampah organik maupun non organik. Setelah itu dilakukan pencacahan yang bertujuan agar sampah organik tersebut menjadi lebih lembut dan didiamkan agar terjadi pembusukan,” ucapnya.
Mendiamkan sampah organik tersebut harus di tempat yang tertutup, rapat dan kedap udara, akan lebih efektif jika mendiamkan sampah tersebut di ember yang memiliki tutup rapat. Jika ingin menambahkan sampah harus ditambahkan larutan EM4 agar pembusukan bisa lebih sempurna dan merata.
Pendiaman pupuk tersebut dilakukan selama 14 hari agar pembusukan sempurna. Selama 14 hari itu pupuk harus selalu diaduk di dalam ember selama tiga hari sekali, dengan waktu maksimal pengadukan tiga hari sekali.
Selama pendiaman itu ada dua jenis pupuk kompos yang dihasilkan yaitu padat dan cair. Untuk pupuk padat harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara di angin-anginkan. Sedangkan pupuk cair bisa langsung diaplikasikan di media tanam, wajib dicampurkan air kapur sirih supaya tidak berbau, begitupun dengan pupuk padat. Perbandingannya adalah satu berbanding lima.
Dikatakan Mitra, pupuk tersebut akan dimasukkan ke dalam karung dan dikirimkan ke PKK, kantor serta sekolah-sekolah yang ada di Kota Solok. (rdr/ant)