Diketahui, umur TPA Regional Solok bersisa lebih kurang satu tahun dan timbulan sampah di Kota Solok per hari adalah 55,34 ton dengan komposisi sampah terbesar adalah sampah organik sekitar 56 persen.
Lebih kurang 80 persen sampah yang dihasilkan diangkut ke TPA Regional di Ampang Kualo. Hal ini membuat Pemkot Solok gencar membimbing masyarakat terutama siswa untuk lebih mementingkan lingkungan.
Agus juga menyampaikan beberapa fasilitas daur ulang sampah, yaitu bank sampah, rumah kompos, TPS 3R (tempat pengolahan sampah menggunakan prinsip 3R, yaitu reduce (pengurangan), reuse (penggunaan kembali), dan recycle (mendaur ulang), TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) dan TPA (tempat pemrosesan akhir).
Ia menjelaskan, Bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah dan dipilah serta memiliki buku rekening layaknya perbankan.
Namun yang ditabung bukan uang, melainkan sampah yang memiliki nilai ekonomis seperti: plastik dan besi. Warga yang menabung sampah disebut nasabah dan memiliki buku tabungan. Jadi selain menjaga lingkungan, bank sampah bisa menjadi nilai ekonomis bagi para siswa.
Kegiatan ini tidak hanya berupa penyampaian materi, tetapi juga melibatkan berbagai aktivitas interaktif. Para siswa diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kompos cair dan padat.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para siswa SMP Negeri 2 Kota Solok dapat menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan di sekitar mereka, tumbuh menjadi individu yang lebih bertanggung jawab terhadap kelestarian alam. (rdr/ant)
Komentar