Lahan Perkebunan Warga di Tanahdatar Terdampak Abu Erupsi Gunung Marapi

Petani di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Sungai Tarab Syafrial (Antara/Etri Saputra)

BATUSANGKAR, RADARSUMBAR.COM – Abu erupsi Gunung Marapi tampak menyelimuti dedaunan di areal perkebunan warga di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanahdatar pada Rabu, (11/1/2023).

Meskipun mulai menyelimuti, aktifitas warga setempat yang mayoritas bertani masih terlihat normal dan tetap beraktivitas sebagaimana biasanya. “Kalau aktifitas warga tidak terganggu, tetap ke sawah atau keladang. Namun tentunya kita tetap waspada,” kata salah seorang petani di Nagari Padang Laweh Syafrial, saat ditemui di Padang Laweh Rabu.

Justru ia mengaku, abu erupsi Gunung Marapi bagus untuk tanaman karena bisa menjadikan tanaman menjadi subur.

Namun disuatu sisi, abu erupsi Gunung Marapi tidak baik untuk ternak, karena abu yang menempel di rumput bila dimakan bisa membuat ternak batuk dan bocor. “Rumput kalau ada abu itu harus dibasuh sebelum diberikan untuk dimakan ternak, kalau tidak ternak itu bisa sakit perut atau bocor,” katanya.

Sementara itu warga Padang Laweh lainnya, Hendri Dunan mengatakan Gunung Marapi diharapkan tidak mengeluarkan awan panas seperti yang pernah terjadi di daerah lainnya di Indonesia seperti di Gunung Semeru dan Sinabung.

Meski berjarak sekitaran enam kilometer dari kawah Gunung Marapi, ia dan masyarakat setempat tetap waspada dan mengikuti himbauan Bupati Tanahdatar. “Kalau erupsi seperti ini biasa, bahkan bagus untuk tanaman, dulu-dulu juga pernah erupsi,” katanya.

Sebelumnya Bupati Tanah Datar Eka Putra menghimbau masyarakat terkait kesiapsiagaan terhadap bencana erupsi Gunung Marapi yang tiga hari terakhir mengalami aktivitas cukup intens.

Imbauan dikeluarkan Bupati usai melakukan peninjauan ke beberapa titik di sekitaran kaki Gunung Marapi juga berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait aktivitas erupsi yang semakin meningkat serta hasil koordinasi dengan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Barat.

“Saya mengimbau kepada para pendaki dan masyarakat kita terutama kepada petani untuk menghentikan dulu aktivitas dengan radius tiga kilometer dari puncak gunung, dan tetap waspada” katanya. (rdr/ant)

Exit mobile version