Pakar Paparkan Perkembangan Satelit Indonesia di Hadapan Mahasiswa PNP

Satelit yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia diharapkan bisa mengatasi kesenjangan digital.

250 mahasiswa lintas jurusan di Politeknik Negeri Padang menerima pemaparan dari Pakar Telekomunikasi Indonesia, Irwan Mahri, Kamis (25/4/2024) pagi. (Foto: Dok. PNP)

250 mahasiswa lintas jurusan di Politeknik Negeri Padang menerima pemaparan dari Pakar Telekomunikasi Indonesia, Irwan Mahri, Kamis (25/4/2024) pagi. (Foto: Dok. PNP)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Sebanyak 250 mahasiswa lintas jurusan di Politeknik Negeri Padang (PNP) menerima pemaparan dari Pakar Telekomunikasi Indonesia, Irwan Mahri, Kamis (25/4/2024) pagi.

Dalam pemaparannya pada kuliah umum bertajuk ‘Teknologi Satelit dan Digital untuk Mendukung Transformasi Informasi’ yang dilaksanakan di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) PNP tersebut, Irwan Mahri mengatakan bahwa perkembangan satelit di Indonesia sejatinya tidak terlalu mengalami ketertinggalan. Bahkan, pada masanya, Indonesia pernah menempati urutan ketiga dengan perkembangan satelit.

“Tetapi sekarang, ada beberapa negara yang di atas kita. Namun, kita sudah mempunyai satelit HTS yang paling besar di Asia, yang in shaa Allah bisa memenuhi kebutuhan kita terhadap telekomunikasi yang selama ini masih kurang dan terutama untuk mengatasi kesenjangan digital di daerah terpencil, daerah 3T, terutama di Indonesia Timur. Satelit internet misalnya dari Satria, Merah Putih 2 dan bahkan satelit Nusantara 1 juga berfungsi untuk mengatasi kesenjangan itu,” katanya.

Khusus daerah di Sumbar, khususnya Kabupaten Kepulauan Mentawai, kata Komisaris PT Javandra Nikara Teknik tersebut, juga masuk ke dalam program untuk mengatasi kesenjangan telekomunikasi.

“Ada 56 titik se-Indonesia dan diharapkan Mentawai sudah tercover ke dalamnya, pulau-pulau kecil di Indonesia Timur juga. Mudah-mudahan untuk saat ini, kita kan baru meluncurkan dua satelit, Satelit Merah Putih 2 dan Satria 2, kita lihat saja ke depan bagaimana realisasi rencana dari dua satelit ini,” katanya.

Dalam mengatasi kesenjangan digital, kata pria kelahiran Kota Padang Panjang tersebut, kendala yang ditemui adalah sulitnya membangun jaringan fiber optik lantaran Indonesia merupakan negara kepulauan.

“Sehingga jika dibangun fiber optik, agak berat. Dengan satelit bisa teratasi, karena keterpencilan dari daerah itu dan bagi provider yang melihat profit saja, mereka tak tertarik, karena pemerintah mendorong BUMN dan juga swasta membangun daerah yang harus dikerjakan bersama-sama, tidak hanya dari profit saja, tapi juga ada aspek pembangunan juga,” katanya.

Ia berharap, satelit yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia bisa mengatasi kesenjangan digital.

“(Jika sudah menyebar merata), banyak hal yang bisa dilakukan terutama di bidang pendidikan, pada saat kita harus belajar online tidak ada kendala. Juga bisa berdampak kesehatan, industri, pariwisata dan juga bidang keamanan serta institusi lainnya bisa ikut berkembang,” katanya.

Melalui program Praktisi Mengajar, kata Irwan, dirinya bisa menjadi pelengkap dari dosen yang sudah mengajar secara reguler.

“Tujuannya agar mahasiswa ini punya feeling, sense, bagaimana sih dunia kerja itu, mereka ada gambaran, setelah mereka bekerja mereka akan lebih mudah dan mereka siap, ada link and match,” tuturnya. (rdr)

Exit mobile version