Merawat Baterai HP Kamu, Jangan Percaya 5 Mitos Ini! 

Beberapa mitos tersebut misalnya terkait dengan masa pakai baterai dan cara pengisian daya pada ponsel

Ilustrasi pengisian daya ponsel. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Terdapat beberapa informasi yang ternyata merupakan mitos yang salah pada baterai ponsel yang selama ini dikira sebagai sesuatu yang benar.

Beberapa mitos tersebut misalnya terkait dengan masa pakai baterai dan cara pengisian daya pada ponsel. Mungkin Anda pernah mendengar beberapa mitos terkait kedua hal tersebut seperti baterai harus dipakai sa6mpai habis untuk memperpanjang umur baterai.

Berikut sejumlah mitos dan miskonsepsi terkait cara untuk mengisi daya dan memelihara baterai ponsel.

1. Habiskan baterai ponsel sepenuhnya untuk perpanjang masa pakai

Mungkin hal itu menjadi salah satu mitos baterai yang tersebar di luar sana. Namun sayangnya hal itu hanya berlaku jika Anda menggunakan baterai dengan partikel nikel-kadmium pada tahun 80 hingga 90 an.

Baterai nikel kadmium digunakan untuk Sony camcoder atau Sega Game Gear pada 1993. Cara itu dinilai kuno, yakni menyarankan penggunanya harus menguras baterai hingga benar-benar habis, sebelum mengisi ulang.

Lalu, kini penggunaan baterai pada teknologi terbaru menggunakan Li-ion dinilai tidak terpengaruh oleh aturan tersebut. Namun disarankan untuk tidak menyelesaikan pengisian daya pada indikator baterai yang masih 30, 50 atau 97 persen.

2. Kuras baterai Anda hingga 0 persen untuk mengkalibrasi pengukur

Pada kasus ini diperuntukan untuk mengetahui muatan sebenarnya pada kapasitas baterai. Singkatnya, metode ini untuk mengukur seberapa akurat sistem indikator baterai memberikan informasi pengisian daya ponsel. Namun metode ini hanya dapat digunakan pada ponsel terkini yang menggunakan baterai Li-ion.

Biasanya perangkat seluler sedikit kehilangan muatan aslinya seiring berjalannya penggunaan, yang berarti sistem operasi tidak mengkomunikasikan pengisian baterai yang tepat kepada pengguna.

Untuk memastikannya, Anda harus benar-benar menguras baterai dan kemudian mengisi daya hingga penuh setiap 2-3 bulan sekali. Sistem operasi mencatat pengurasan daya itu, dan dapat merusak menampilkan informasi level baterai akurat dari 0 hingga 100 persen.

Mitos ini diklaim benar dan dapat bekerja dengan baik. Untuk membandingkan hasil indikator orisinal ponsel, Anda dapat menggunakan aplikasi pihak ketiga sebagai rujukan informasi daya ponsel. Salah satunya dengan menggunakan AVG Cleaner untuk pengguna Android.

3. Pengisian daya paling bagus pakai aksesori pabrikan resmi

Beberapa pengguna ponsel pintar mengklaim bahwa penggunaan aksesori pengisian daya pabrikan ponsel merupakan perangkat yang paling bagus untuk mengisi daya.

Sebagian pengguna beropini bahwa penggunaan aksesori tidak resmi membuat ponselnya dapat tidak mengisi daya dengan cepat hingga berakhir kerusakan pada masa baterai ponsel. Namun faktanya, pengisi daya aksesori pihak ketiga mampu mengisi daya ponsel Anda seperti aslinya.

Namun demikian, tak dipungkiri aksesori dengan nilai jual yang murah tak bisa bertahan lama dan berhenti berfungsi usai beberapa minggu pemakaian.

Jika Anda menginginkan aksesori yang andal, gunakan kabel asli yang sesuai dengan ponsel Anda atau dapat membelinya di toko resmi baik toko daring maupun luring. Jika hendak membeli di toko daring, disaranan untuk melihat ulasan serta pemberian bintang pada pasca pembelian.

4. Cabut ponsel saat daya terisi 100 persen

Beberapa pengguna beropini bahwa mencabut ponsel pada saat indikator sudah 100 persen diklaim dapat memperpanjang masa baterai, bahkan jika lebih dapat merusak baterai. Mitos tersebut mungkin sering dilontarkan pada sebagian pengguna.

Namun, saat ini teknologi AI pada ponsel dapat mengatur secara otomatis penerimaan daya ke baterai jika sudah terisi penuh. Jadi, mitos itu terpatahkan oleh sederet teknologi yang disematkan pada ponsel pintar terbaru.

5. Hindari suhu panas dan dingin yang ekstrem

Suhu ruangan atau udara memang menjadi hal yang dianggap menjadi ketakutan bagi sebagian pengguna ponsel pintar. Namun, jika ada mitos bahwa penggunaan ponsel di suhu yang relatif panas atau dingin dapat mempengaruhi usia baterai, bisa dipastikan itu benar.

Hal itu cukup mendasar, lantaran aliran ion dan stabilitas bahan kimia yang ada di baterai dipengaruhi oleh fluktuasi suhu yang parah dan ekstrim. Selain itu, kecepatan reaksi kimia dalam Li-ion dapat meningkat seiring terpengaruh suhu.

Berada di kondisi cuaca panas dan secara mendadak di bawa ke suhu udara yang dingin secara mendadak dianggap dapat mempengaruhi keadaan cairan kimia yang ada di dalam baterai, bahkan dapat berujung merusak ponsel.

Meski begitu, drastisnya suhu di luar ponsel dapat diredam dengan mekanisme bawaan ponsel yang mencegah perubahan suhu drastis itu dapat dihindarkan. Namun tetap disarankan untuk menjaga stabilitas suhu, untuk menjaga kondisi ponsel tetap baik, menurut laporan AVG. (*)

Sumber: cnnindonesia.com
Exit mobile version