JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Koordinator Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Lily Banonah Rivai, M.Epid, menjelaskan bahwa osteoporosis perlu diwaspadai karena bisa terjadi kepada siapa saja dan tidak menunjukkan gejala.
Lili mengatakan, berdasarkan data Infodatin Osteoporosis 2020, terdapat dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis. “Osteoporosis perlu diwaspadai karena dapat terjadi tanpa gejala hingga terjadi patah tulang, sehingga disebut dengan silent disease,” kata dr. Lily dalam seminar web, ditulis pada Rabu.
Hari Osteoporosis Nasional dan Sedunia ditetapkan setiap tanggal 20 Oktober, untuk mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai penyakit osteoporosis. Menurut International Osteoporosis Foundation (IOF) 2020, osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang, sehingga tulang mudah patah.
“Osteoporosis masih menjadi masalah global yang berkembang, setiap 3 detik diperkirakan terjadi patah tulang akibat osteoporosis,” ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, risiko osteoporosis bergantung pada seberapa banyak massa tulang yang dicapai di masa muda. Di usia muda, tubuh akan membuat tulang baru lebih cepat dan massa tulang meningkat. Setelah awal usia 20-an, proses ini melambat, dan kebanyakan orang mencapai puncak massa tulang pada usia 30 tahun. Setelah usia ke-35, kepadatan tulang akan terus berkurang 0,3 persen hingga 0,5 persen per tahun.