JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Setelah sempat menduduki peringkat teratas sebagai netizen paling tidak sopan di Asia Tenggara, ternyata menurut laporan Digital Civility Index (DCI) Microsoft, pada 2020 Indonesia juga menduduki peringkat pertama dalam prestasi medsos paling banyak menayangkan adegan penyiksaan satwa.
Medsos
Asia For Animals Coalition merilis riset yang menunjukkan Indonesia sebagai negara nomor satu di dunia yang paling banyak mengunggah konten hewan di media sosial. Penyiksaan oleh manusia terhadap satwa terjadi mulai dari rumah tangga, peternakan, penjagalan, laboratorium riset “ilmiah”, kuliner, pariwisata sampai ke perdagangan gelap.
Lembaga koalisi satwa Asia menegaskan bahwa konten kekejaman terhadap hewan di dunia maya adalah masalah global. Dapat disimpulkan banyak hewan menderita namun industri media sosial dan si pengunggah konten malah meraup keuntungan. Keaiban ini membuktikan bahwa popularitas konten di medsos sama sekali bukan jaminan bahwa yang popular pasti bermutu bagus.
Pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Karin Franken, mengkhawatirkan pembiaran atas penyiksaan terhadap hewan sejak kecil bisa menjadi cikal bakal tindakan sadistis di kemudian hari. Karin menegaskan perlunya pembelajaran empati dimulai sejak dini melalui perilaku terhadap hewan sekitar. Sebab, ketika perilaku kejam terhadap hewan dibiarkan, maka empati itu terkikis dan sang anak akan menjadi kejam terhadap sesama manusia.
Kemanusiaan
Saya memiliki kekhawatiran sama dengan Karin Franken. Memang masih begitu banyak kasus membuktikan bahwa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab masih begitu sering bukan hanya secara tidak sengaja namun bahkan secara sengaja dilanggar.