Bau itu digunakan untuk memperingati tikus bulan lain dan menjauhkan mereka dari predator dan bau ini juga digunakan untuk menandai wilayah kekuasaan mereka. Moncongnya panjang dan kerap mengeluarkan air liur. Dari ciri terakhir ini sering kali tikus bulan dianggap sebagai ‘selenodon’, tikus primitif yang hidup di Eropa dan Kuba.
Tikus bulan merupakan hewan nokturnal yang hidup secara soliter dan biasa menandai wilayahnya dengan sekresi berbau menusuk dan tajam seperti bau amonia.
Tinggal dalam sarang dalam liang, akar, dan kayu. Tikus bulan memakan invertebrata seperti cacing tanah, serangga, lipan, kalajengking, kaki seribu, kepiting, dan moluska. Juga memakan katak dan ikan kecil serta buah. “Berkembang biak sepanjang tahun dengan masa kehamilan antara 30-40 hari,” katanya.
Daerah sebarannya meliputi Semenanjung Malaya (Malaysia, Thailand, dan Myanmar), Sumatera, dan Kalimantan (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam). Habitatnya adalah hutan primer dan sekunder pada dataran rendah, hutan bakau, hingga perkebunan, terutama di daerah yang agak basah.
Tikus bulan bisa hidup di hutan hujan, dataran rendah, rawa mangrove, hingga perkebunan. Namun, satwa itu suka dengan tempat yang lembap. Karena itu, di mana pun mereka tinggal, mereka akan membuat rumah di dekat sungai atau rawa. Jumlah populasi secara global tidak diketahui secara pasti. Namun diperkirakan masih cukup umum. Oleh IUCN Red List dikategorikan dalam status konservasi Least Concern. (ant)