JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Tuvalu, Simon Kofe menyampaikan pidato konferensi iklim PBB (COP26) dengan berdiri di tengah air laut. Ini dilakukan bukan sekadar sensasi tapi untuk menunjukkan bagaimana negara di kepulauan Pasifik itu berada di garis depan perubahan iklim.
Foto Simon Kofe berdiri dengan setelan jas dan dasi di podium yang dipasang di laut, dengan kaki celana digulung, viral di media sosial. Foto itu menarik perhatian warga dunia tentang perjuangan Tuvalu menghadapi kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim.
Para ilmuwan telah memperingatkan kita terkait sejumlah konsekuensi perubahan iklim. Anda mungkin mendengar soal beberapa dampak perubahan iklim dan bagaimana hal itu mempengaruhi hidup kita. Tapi apakah Anda menyadari ketika pemanasan global dan perubahan iklim memburuk, beberapa negara di dunia bakal menghadapi ancaman besar?
Ada beberapa penyebab pemanasan global, di antaranya adalah meningkatnya konsumsi bahan bakar fosil, penggundulan atau deforestasi hutan, industri pertanian dan peternakan kaitannya dengan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Pupuk ini mengeluarkan gas rumah kaca yang berbahaya seperti nitrogen oksida. Menurut sebuah penelitian, sekitar 62 persen NO2 dilepaskan dari produk pertanian. Peternakan seperti sapi, kambing bertanggung jawab karena melepaskan sejumlah besar gas metana ke atmosfer.
Negara-negara ini diduga sedang berada di ujung kepunahan. Dikutip dari laman Earth and Human, Minggu (14/11), berikut 10 negara yang terancam tenggelam:
- Bangladesh
Walaupun negara Asia Selatan yang berpenduduk 163 juta jiwa ini bukan penyumbang perubahan iklim yang sangat besar, penduduk di negara ini terus-menerus terancam oleh ancaman banjir dan angin topan yang merugikan.
Menurut BBC, permukaan air laut di sepanjang garis pantai Bangladesh diperkirakan naik 1,5 meter. Lebih jauh, 25 persen daratan negara ini dilanda banjir setiap tahun. Lonjakan ini kemungkinan akan mengakibatkan perubahan cuaca dan banjir yang lebih signifikan.
- Maladewa
Sebuah negara kepulauan, Maladewa terletak di Asia Selatan dengan populasi 557.426. Negara ini terdiri dari 1.190 pulau kecil, pulau tropis dataran rendah, di mana hanya 358 pulau yang cocok untuk dihuni manusia. Maladewa adalah sekelompok 25 atol koral di Samudera India.
Banyak kegiatan ekonomi negara, seperti perikanan dan infrastruktur pariwisata, terkonsentrasi dalam jarak 100 meter dari garis pantai, seperti halnya setengah dari komunitas negara tersebut.
Menurut UNDP, bahkan kenaikan satu meter di permukaan laut akan menenggelamkan sebagian besar Maladewa. Selanjutnya, masalah utama yang dihadapi oleh warga Maladewa termasuk erosi pantai, yang mengurangi keterbatasan lahan yang tersedia untuk pemukiman manusia.
- Nauru
Republik Nauru adalah sebuah negara di Pasifik Tengah dengan luas hampir 20 kilometer persegi. Populasi 100.651 saat ini menderita dampak keras dari perubahan iklim karena ketinggian rata-rata wilayahnya yang rendah di atas permukaan laut. Sebagian besar lahan di negara ini tidak layak untuk tempat tinggal manusia karena eksploitasi sumber daya melalui pertambangan. Akibatnya, masyarakat mulai bermukim di sepanjang pantai.
Kenaikan permukaan laut saat ini yang disebabkan oleh mencairnya gunung-gunung yang tertutup es akibat perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi Nauru. Laju pencairan es akan membahayakan keberadaan populasi kecil Nauru di daerah ini.
- Palau
Palau adalah negara dengan sekitar 300 pulau yang terletak di sebelah tenggara Filipina. Penduduknya sekitar 21.000 orang yang tinggal terutama di salah satu dari delapan pulau besar.
Erosi yang meningkat telah menggerogoti lahan yang tersedia, dan air asin telah mencapai tanaman; dengan demikian, naiknya permukaan air laut merugikan populasi negara ini. Suhu laut yang lebih hangat juga merusak terumbu karang di sekitarnya, memungkinkan peningkatan erosi dan berdampak negatif pada bisnis perikanan lokal.
Menurut penelitian Program Ilmu Perubahan Iklim Pasifik-Australia (PACCSP), permukaan laut di Palau, sebuah negara dengan lebih dari 700 pulau, naik sekitar 0,35 inci, atau 9 mm per tahun sejak 1993, hampir tiga kali lipat rata-rata global. Permukaan laut diperkirakan akan naik antara 5,5 dan 13,8 inci pada tahun 2050.
- Komoro