INTERNASIONAL, RADARSUMBAR.COM – Sejak Perang Dingin, ancaman perang nuklir habis-habisan terasa seperti serpihan di bawah kulit yang tidak pernah hilang, tapi terkadang mengganggu, menjengkelkan dan menyakitkan.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, percakapan seputar kemungkinan negara adidaya dunia melakukan serangan bolak-balik pemboman nuklir menjadi sangat relevan terjadi, begitu dalam laporan yang ditulis Mashable SE, Sabtu (5/3/2022).
Meskipun kita semua tahu betapa dahsyatnya satu nuklir (bagaimana kita bisa melupakan Hiroshima dan Nagasaki), sebagian besar mungkin masih gagal memahami betapa dahsyatnya jika perang nuklir dimulai.
Universitas Princeton di AS telah memberikan gambaran tentang hasil yang paling mungkin berkat simulasi yang dilakukan oleh program Science and Global Security (SGS) universitas tersebut.
Simulasi yang dilakukan pada tahun 2019 dan berjudul “PLAN A” berusaha untuk memprediksi bagaimana perang akan dimulai, bagaimana dan dari mana nuklir dunia akan dikerahkan, dan seberapa tinggi jumlah korban tewas bisa meningkat saat perang berlangsung.
Simulasi memperkirakan bahwa hanya dalam beberapa jam setelah konflik dimulai, 90 juta orang akan mati, atau setidaknya terluka parah. Ini didasarkan pada peristiwa bahwa satu “tembakan peringatan” dikirim oleh Rusia terhadap pangkalan militer lawan yang dioperasikan oleh pasukan AS-NATO.
Serangan pertama kemudian akan bertindak sebagai domino pertama dalam serangkaian peristiwa yang akan melihat pihak yang bertikai mengerahkan ratusan senjata nuklir dalam upaya untuk mengalahkan satu sama lain, dengan jumlah korban tewas meningkat dengan cepat saat konflik bergerak ke tahap yang berbeda.