Sebenarnya PSSI punya niatan baik untuk menyelesaikan masalah ini sehingga Target Eleven sempat menunda pelaporan ke CAS. Tapi berbulan-bulan tak ada kabar baik, Target Eleven memutuskan untuk melapor PSSI ke CAS.
Patrick Mbaya kemudian melapor ke pengadilan bahwa upaya penyelesaian sudah tak ada lagi dari pihak PSSI. Federasi sepakbola Indonesia dianggap hanya menunda-nunda waktu saja tanpa berniat menyelesaikan kewajibannya.
“Jumlah yang harus dibayar memang signifikan dan itu karena pekerjaan yang sudah dilakukan (Target Eleven) selama beberapa tahun dan kompensasi atas hilangnya pendapatan berdasarkan kontrak utama yang seharusnya kami tandatangani untuk liga, seperti hak siar televisi sebesar 1,5 miliar atau 150 juta USD/tahun,” kata Patrick Mbaya.
“Sambil menunggu keputusan sementara dari pengadilan arbitrase, Target Eleven baru saja menunjuk “arbiter” dan PSSI memiliki sepuluh hari untuk melakukan hal yang sama. Jika tidak dilakukan pada 21 Maret, Ketua Pengadilan akan menjalankan perkara ini. Para arbiter ini kemudian harus memilih seorang presiden untuk menyusun arbitrase,” tulis RTBF. (detik.com)