JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah melakukan proses restrukturisasi utang atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Hingga 25 April, total utang yang tercatat di tim pengurus PKPU Garuda mencapai Rp197 triliun.
Dalam prosesnya, daftar piutang tetap (DPT) seharusnya ditetapkan pada Senin (10/5), kemudian dilakukan pembahasan dan pemungutan suara atas rencana perdamaian pada 17 Mei sebelum dilakukan sidang permusyawaratan majelis hakim pada 20 Mei 2022.
Namun karena negosiasi yang masih alot, hingga 10 Mei DPT belum ditetapkan oleh tim pengurus PKPU. Sementara Garuda menginginkan masa PKPU diperpanjang 30 hari.
Garuda Minta PKPU Diperpanjang
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menjelaskan bahwa negosiasi dengan pihak kreditur masih berjalan dan dengan beberapa kreditur belum menghasilkan kesepakatan. “Ini memang tidak mudah dan oleh karena itu kami ingin memohon ditambahkan perpanjangan 30 hari,” kata Irfan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (10/5/2022).
Namun, Irfan menegaskan bahwa ini adalah perpanjangan PKPU terakhir yang diminta Garuda. Diketahui sebelumnya masa PKPU Garuda sudah diperpanjang dan seharusnya berakhir pada 20 Mei 2022. “Kami cukup punya keyakinan ini merupakan permohonan terakhir karena kami tidak ingin berlaku tidak adil kepada yang sudah sepakat dengan nilai tagihan maupun dengan proposal kita,” ujar dia.
Irfan juga menegaskan permohonan perpanjangan bukan berarti jalan buntu. Dia justru mengatakan ini merupakan hal positif, karena pihaknya tidak bisa memaksakan beberapa kreditur yang belum sepakat dalam bernegosiasi.
“Kompleksitas yang dihadapi Garuda yang namanya utang itu bukan hanya utang masa lalu, tapi juga obligasi kita ke depan, kewajiban kita ke depan. Terutama dari segi lessor dan beberapa entitas dan vendor lainnya,” ujar dia.
Jumlah Maskapai Terus Merosot
Dalam forum yang sama, di hadapan para kreditur di ruang sidang, Irfan menjelaskan kondisi maskapai Garuda saat ini. Dia menjelaskan kondisi jumlah maskapai Garuda saat ini jumlahnya merosot dibanding tahun lalu. “Bulan Maret kemarin kita hanya punya 29 pesawat dari 71 pesawat pada Januari 2021 yang serviceable,” kata dia.