Didiek menyebut masalah pada proyek KCIC ini bermula dari kontraktor. Kemudian, pada 2019 proyek ini terhambat karena pembebasan lahan.
“Ini luar biasa, nah saat itu lah kemudian kita PT KAI diminta untuk masuk, namun baru dengan keluarnya Perpres 93 tahun 2021 kemarin Kereta Api betul-betul menjadi lead sponsor daripada kereta cepat ini,” sambung Didiek.
Lebih lanjut, ia menuturkan biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian proyek KCJB awalnya hanya US$6 miliar saja. Namun, pihaknya menghitung terdapat pembengkakan biaya (cost overrun) mencapai US$1,1 miliar hingga US$1,9 miliar.
Pembengkakan biaya ini terdiri dari pembebasan lahan, Engineering, Procurement and Construction (EPC), relokasi jalur, dan biaya lainnya.
“Awalnya di pembebasan lahan ini antara US$100 juta sampai US$300 juta, yang besar juga EPC ini di angka US$600 juta sampai US$1,2 miliar, relokasi jalur-jalur kemudian biaya financing cost sendiri,” kata Didiek. (rdr/cnnindonesia.com)