JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Amerika Serikat membunuh pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri dalam serangan di Afghanistan pada akhir pekan lalu. Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa kematian Ayman al-Zawahri merupakan pukulan terbesar bagi kelompok militan sejak pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden tewas pada 2011.
Zawahiri adalah seorang ahli bedah Mesir. Dia diburu oleh Amerika Serikat yang memberi hadiah US$ 25 juta untuk kepalanya. Zawahiri dituduh membantu mengoordinasikan serangan 11 September 2001, yang menewaskan hampir 3.000 orang di AS. Para pejabat AS mengatakan Zawahiri tewas setelah serangan pesawat tak berawak AS di ibu kota Afghanistan Kabul pada pukul 06:18 hari Minggu lalu, 31 Juli 2022.
“Sekarang keadilan telah ditegakkan, dan pemimpin teroris ini tidak ada lagi,” kata Biden. “Tidak peduli berapa lama, di mana pun Anda bersembunyi, jika Anda adalah ancaman bagi rakyat kami, Amerika Serikat akan menemukan dan membawa Anda keluar.”
Intelijen AS memastikan bahwa orang yang tewas adalah Zawahiri, menurut seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan. Dia terbunuh di balkon sebuah rumah perlindungan di Kabul yang dia tinggali bersama anggota keluarga lainnya. Tidak ada korban selain Zawahiri.
Biden mengatakan Zawahiri telah menjadi dalang atau memainkan peran kunci dalam serangan terhadap USS Cole dan kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania. “Zawahiri terus menimbulkan ancaman aktif bagi orang, kepentingan, dan keamanan nasional AS,” katannya. “Kematiannya memberikan pukulan signifikan bagi Al Qaeda dan akan menurunkan kemampuan kelompok itu untuk beroperasi.”
Ada desas-desus tentang kematian Zawahiri beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi kesehatannya juga disebut-sebut terus memburuk.
Kematiannya menimbulkan pertanyaan tentang apakah Zawahiri menerima perlindungan dari Taliban setelah pengambilalihan Kabul pada Agustus 2021. Pejabat itu mengatakan para pejabat senior Taliban mengetahui kehadirannya di kota itu. Amerika Serikat berharap Taliban mematuhi kesepakatan untuk tidak melindungi pejabat Al Qaeda yang memungkinkan kelompok ini bangkit kembali di Afghanistan.
Serangan pesawat tak berawak itu adalah serangan AS pertama yang diketahui di Afghanistan sejak pasukan dan diplomat AS meninggalkan negara itu pada Agustus 2021. Langkah tersebut dapat meningkatkan kredibilitas jaminan Washington bahwa Amerika Serikat masih dapat mengatasi ancaman dari Afghanistan tanpa kehadiran militer di negara itu.