Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan terjadinya serangan itu. Dia mengecam keras serta menyebutnya sebagai pelanggaran prinsip-prinsip internasional.
Zawahiri adalah pengganti Osama bin Laden sebagai pemimpin Al Qaeda setelah bertahun-tahun sebagai organisator dan ahli strategi utamanya. Namun dia dinilai kurang berkarisma. Persaingannya dari militan Negara Islam atau ISIS melumpuhkan kemampuan Al Qaeda untuk melakukan serangan spektakuler di Barat.
Anggota parlemen Republik dan Demokrat memuji operasi tersebut. “Dunia lebih aman tanpa Zawahiri dan serangan ini menunjukkan komitmen berkelanjutan kami untuk memburu semua teroris yang bertanggung jawab atas 9/11. Mereka terus menjadi ancaman bagi kepentingan AS,” kata Senator AS dari Partai Republik Marco Rubio.
Zawahiri sebelumnya diisukan berada di wilayah suku Pakistan atau di dalam Afghanistan. Sebuah video yang dirilis pada April tampak saat dia memuji seorang wanita Muslim India karena menentang larangan mengenakan jilbab. Video itu menghilangkan desas-desus bahwa dia telah meninggal.
Pejabat senior AS mengatakan, penemuan Zawahiri adalah hasil kerja keras kontraterorisme. Amerika Serikat mengidentifikasi tahun ini bahwa istri, anak perempuan, dan anak-anak Zawahiri telah pindah ke rumah persembunyian di Kabul. AS lalu mengidentifikasi bahwa Zawahiri juga ada di sana.
“Begitu Zawahiri tiba di lokasi, kami tidak mengetahui dia pernah meninggalkan rumah persembunyian,” kata pejabat itu. Dia diidentifikasi beberapa kali di balkon, di mana dia akhirnya dipukul. Dia terus memproduksi video dari rumah dan beberapa mungkin dirilis setelah kematiannya, kata pejabat itu.
Sebuah ledakan keras bergema di Kabul pada Minggu pagi saat drone AS menyerang kediaman Zawahiri. “Sebuah rumah terkena roket di Sherpoor. Tidak ada korban jiwa karena rumah itu kosong,” kata Abdul Nafi Takor, juru bicara kementerian dalam negeri sebelumnya.
Satu sumber Taliban, meminta anonimitas, mengatakan ada laporan setidaknya satu pesawat tak berawak terbang di atas Kabul pagi itu. (rdr/tempo.co)