PADANG, RADARSUMBAR.COM-PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) yang berlangsung berjilid-jilid sejak sebulan terakhir membuat kehidupan Monalisa (33) kian kembang-kempis. Setelah kematian suaminya Armen Pane (39) tahun lalu, dia harus membesarkan empat anaknya yang masih kecil-kecil. Paling besar baru kelas 2 SMP dan yang kecil masih 1 tahun 7 bulan.
Untuk meringankan beban biaya kontrakan rumah, penjual lankitang cucuik di Pantai Purus ini nekat menempati ruangan mesin genset pintu air Danau Cimpago Muara Purus, Kelurahan Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Di sanalah dia dan empat anaknya tidur dengan kasur dan alas tidur seadanya.
Kini, Monalisa tak bisa berbuat banyak untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya. Sudah dua pekan dia menutup lapaknya di Pantai Purus yang sepi pembeli karena PPKM. Untuk bertahan, dia membuka kedai kopi di dekat bangunan di sebelah danau buatan itu.
“Kadang para pemancing memesan kopi atau teh, saya buatkan. Sekarang berjualan susah. Kalaupun PPKM selesai, kami juga tak ada modal lagi. Barang dagangan habis kami makan selama dua minggu ini. Baik itu kerupuk, minuman, dan lain-lain. Semogalah PPKM ini bisa segera selesai,” kata Monalisa yang kini juga kelabakan dengan dua anaknya yang sekolah.
Monalisa menceritakan, sebenarnya dia terpaksa tinggal di bangunan itu karena taka da pilihan lain. Orang tuanya ada di Siteba, Nanggalo, serta mertuanya di Purus. Namun, kehidupan mereka pun sama susahnya dengannya. “Kalau di sini, sekolah anak-anak dekat, baik SD dan SMP. Kalau ke Siteba, ongkos mahal dan kami tak ada pekerjaan di sana. Saya juga tak punya kendaraan,” katanya yang punya KK beralamat di Gang Makmur, Kelurahan Purus ini.